Tuesday, November 29, 2016

implementasi nilai-nilai keislaman dalam pembentukan krakter









Judul Penelitian
“Implementasi Nilai-Nilai Keislaman Dalam Pembentukan Kepribadian Santri Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan”
Konteks Penelitian
Istilah Pesantren berasal dari kata Santri yang diimbuhi awalan Pe- dan akhiran –An yang berarti menjukkan tempat, yang memiliki arti tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata Sant (manusia baik) dengan suku kata Tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Dan pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik, sebagaimana dapat disimpulkan dari gambaran lahiriyahnya. Pesantren adalah sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan disekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa bangunan: rumah kediaman pengasuh (di daerah berbahasa jawa disebut Kiai, di daerah berbahasa sunda Ajengan, dan di daerah berbahasa Madura Non atau Bindara, disingkat Ra). Sebuah surau atau masjid, tempat pengajara diberikan (bahasa arab madrasah, dan juga lebih sering mengandung konotasi sekolah). Dan asrama tempat tinggal siswa pesantren (santri, pengambilalihan dari bahasa sanskerta dengan perubahan pengertian).
Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah, pengkaderan ulama, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pengembangan masyarakat, ketika menjelang era tinggal landas dan menyongsong era globalisasi, pesantren perlu meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan, tentunya untuk menjaga agar pembangunan santri tetap lestari, bahkan berkembang lebih mantap. Pesantren mempunyai beberapa jurus yang dapat dilakukan dalam menghadapi era globalisasi sesuai dengan jati dirinya. Pertama pesantern sebagai lembaga dakwah, harus mampu menempatkan dirinya sebagai transformator, motivator dan innovator. Kedua pesantren sebagai pengkaderan ulama. karena  ulama merupakan panutan yang mempunyai kedudukan yang amat strategis untuk menggerakkan masyarakat, maka pesantren yang merupakan tempat pengkaderan ulama juga dan mempunyai tempat yang strategis pula. Ketiga pondok pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu agama. Dengan ini pesantren mempunyai peluang untuk menyalurkan kiprahnya kepada masyarakat.
Pesantren yang menjadikan santri seorang yang alim shaleh/shalehah seperti ini kemudian dalam penempatan cara hidup, nilai, dan prinsip hidup sehari-hari di pesantren. Nilai-nilai tersebut membentuk perilaku santri yang  kemudian membangunkan nilai-nilai mereka berada dalam sebuah sub-tradisi di pesantren, seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, dan  keteladanan yang telah sangat lama dipraktikkan di pesantren dan menjadi  ciri khasnya. Seorang Kiai, misalnya, harus rela membuka pintu rumahnya 24 jam untuk melakukan fungsi pelayanan masyarakat. Ini contoh konkret dari prinsip keikhlasan yang diteladankan kepada santrinya. Sikap hidup tanpa pamrih  atau  dalam  bahasa sampai berabad-abad lamanya.
Kiai dan Nyai memiliki kapasitas untuk melakukan perubahan atau sebaliknya penguatan terhadap diskursus santri yang telah terkonstruksi dalam lingkungan pesantren. Mereka memberikan penyadaran kepada santri untuk memperkuat ajaran agama. Dalam konteks socialisasi nilai-nilai kesetaraan, Kiai dan Nyai telah menguatkan kometmen mereka melalui tindakan-tindakan yang ada dan perlu dilakukan untuk kepentingan pesantren. Diantaranya melalui pembuatan dan penetapan tujuan pesantren yang mengiringi prilaku social santri. Peratuan-peraturan ditetapkan untuk meregulasi dan membuat aktifitas santri terarah pada tindakan yang diinginkan oleh sang actor.
Dan agama  merupakan  dasar  utama  dalam  mendidik anak-anaknya melalui sarana-sarana pendidikan. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama akan sangat membantu terbentuknya  sikap  dan  kepribadian anak  kelak  pada  masa  dewasa. Dengan demikian  pendidikan  Islam  adalah usaha  yang  diarahkan  kepada  pembentukan  kepribadian  anak  yang  sesuai dengan  ajaran  Islam,  memikir,  memutuskan  dan  berbuat  berdasarkan  nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Istilah “Pembentukan” dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia adalah suatu proses, cara atau perbuatan membentuk sesuatu. Membentuk berarti menjadikan atau membuat sesuatu dengan bentuk tertentu, berarti pula  membimbing,  mengarahkan,  dan  mendidik  watak,  pikiran, kepribadian dan sebagainnya.
Kepribadian  merupakan  organisasi faktor-faktor  biologis, psikologis dan  sosiologis  yang  mendasari  perilaku  individu.  Kepribadian  mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap yang berperan aktif dalam  menentukan  tingkah laku individu  yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Kepribadian menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan  kepercayaannya menunjukan  pengabdian  kepada Tuhan, penyerahan diri  kepada-Nya. Sedangkan Muhammad Idris Jauhari mengatakan bahwa kepribadian adalah watak atau karekter, yaitu sifat dan ciri-ciri khusus yang bersifat tetap, yang dimiliki oleh seseorang dan membedakannya dengan manusia lainnya. Jadi yang dimaksud kepribadian muslim adalah  kepribadian  yang  mencerminkan citra seorang muslim yang sejatinya berakhlak mulia dan bertaqwa  kepada Allah SWT.
Pondok  Pesantren  merupakan  alternatif  dalam  membentuk kepribadian  muslim  pada  anak. Anak-anak  yang  dahulu  masih  sedikit mendapatkan  pengetahuan  tentang  agamanya  sendiri,  yaitu  agama  islam. Maka di Pondok pesantren mereka akan mendapatkannya setiap hari, dimana setiap  hari  di  pondok  pesantren  akan  diajarkan  dengan  ajaran  agama  Islam yang  lebih  matang.  Pondok  Pesantren  merupakan  lembaga pendidikan  Islam  non  formal  yang  merupakan  suatu  tempat  pendidikan  dan  pengajaran  yang menekankan  pelajaran  agama  Islam  dan  di  dukung  asrama  sebagai  tempat tinggal  santri. Dalam  pondok  pesantren  akan  terdapat  kyai  (pendidik)  yang mengajarkan  kepada  santri  (peserta  didik).  Pesantren  dipandang  sebagai lembaga pendidikan Islam yang berlangsung panjang di Indonesia.
Proses pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren selama 24 jam penuh, karena hubungan kiai-ulama dan santri yang terkonsentrasi satu kompleks merupakan suatu masyarakat belajar. Adapun bidang kajian yang dikembangkan pada dasarnya terpusat pada bidang kajian keagamaan. Namun dalam proses interaksi antara berbagai komponen di pesantren mengutamakan pembinaan mental, spiritual, dan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya fikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral serta menyiapkan para murid diajari mengenai etika agama diatas etika-etika yang lain-lain. Sedangkan tujuan pendidikan pesantren bukan untuk memgejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi menanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada tuhan.
Pondok  Pesantren Al-Amien Putri I  merupakan  pondok  pesantren modern di Kota Sumenep  dan  terpadu  dengan  pendidikan  sekolah. Pondok Pesantren Al-Amien Putri I terletak di desa peragaan. Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan merupakan salah satu lembaga  pendidikan  yang  menanamkan  nilai-nilai  religius,  karakter  keagamaan, konteks  mendidik  dan  mencegah  hal-hal  negatif  yang  terjadi  seiring berkembangnya  zaman.  Oleh  sebab  itu, Pondok Pesantren Al-Amien Putri I menjadi salah satu solusi untuk mengembangkan kepribadian satri diusia remaja tersebut. Pondok Pesantren Al-Amien Putri I merupakan lembaga pendidikan yang di  dalamnya  mengutamakan  pembentukan  kepribadian  dan  sikap  mental.  Dalam  pembelajaran  akademik  santri  diajarkan  untuk  disiplin  dan  patuh  pada  aturan, sedangkan  dalam  kegiatan  non-akademik  santri  dibentuk  kepribadiannya  dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan ekstrakurikuler. Setiap kegiatan  santri  dengan  bimbingan  dewan  guru  dijadikan  sebagai  sarana menumbuhkan  jiwa  mandiri,  disiplin,  toleransi,  bertanggung jawab,  dan sebagainya.  Dengan  demikian,  setiap  kegiatan  santri  menjadi  sarana  strategis kondusif untuk menanamkan nilai filsafat dan hidup yang terpancang dalam jiwa meliputi  keikhlasan,  kesederhanaan,  berdikari  ukhuwah  islamiyah  dan  jiwa kebebasan  yang  mengacu  pada  nilai  kehidupan  islami  dengan  disiplin  dan tanggungjawab sebagai alatnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik ingin meneliti  dan  mengkaji  lebih   jauh  lagi  persoalan  tersebut  melalui  sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Keislaman Dalam Pembentukan Kepribadian Santri Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan”.
Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian-penelitian di atas, selanjutnya penulis dapat memfokuskan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana Proses Pendidikan Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan Dalam Melaksanakan Nilai-nilai Keislaman Untuk Membentuk Kepribadian Santri ?
Bagaimana hasil penerapan Nilai-nilai Keislaman Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan dalam pembentukan kepribadian santri?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan salah satu factor penting karena dapat menjadi acuan dalam kegiatan penelitian, oleh karena itu, yang menjadi tujuan dalam penelitian itu sebagai berikut:
Untuk Mengetahui Proses Pendidikan Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan Dalam Melaksanakan Nilai-nilai Keislaman Untuk Membentuk Kepribadian Santri.
Untuk Mengetahui hasil penerapan Nilai-nilai Keislaman Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan dalam pembentukan kepribadian santri.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan Memiliki dua Makna (Nilai guna) yaitu meliputi:
kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam rangka penerapan nila-nilai keislaman dalam membentuk kepribadian siswa/santri.
Kegunaan Praktis
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa kalangan antara lain:
Bagi STAIN Pamekasan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kajian oleh Mahasiswa/i STAIN Pamekasan yang kajian pembahasannya berkenaan dengan nili-nilai islam.
Bagi Orang Tua
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pedoman dan penambahan wawasan bagi para orang tua untuk memondokkan putra/I nya disebuah pesantren dengan harapan untuk dapat bimbingan 24 jam tentang nilai-nilai islam.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan memberikan sebuah pengalaman baru yang dapat menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir untuk kemajuan pendidikan dan menambah keyakinan bahwa dalam sebuah pesantren adalah tempat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dalam membentuk kepribadian anak untuk masa depan..
Defenisi istilah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam penulisan penelitian ini, berikut dijelaskan  terlebih dahulu kata kunci yang terdapat dalam pembahasan, kata kuncitersebut antara lain:
Implementasi adalah penerapan, aktivitas, aksi, dan tindakan dalam suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Nilai-nilai islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikan dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Pembentukan adalah suatu proses, cara atau perbuatan membentuk sesuatu. Membentuk berarti menjadikan atau membuat sesuatu dengan bentuk tertentu, berarti pula  membimbing,  mengarahkan,  dan  mendidik  watak,  pikiran, kepribadian dan sebagainnya
Kepribadian adalah  mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap yang berperan aktif dalam  menentukan  tingkah laku individu  yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Kepribadian menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan  kepercayaannya menunjukan  pengabdian  kepada Tuhan, penyerahan diri  kepada-Nya
santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan ilmu agama Islam di suatu tempat yang dinamakan pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Sedangkan menurut istilah kata santri  berasal dari bahasa Sanskerta, shastri yang memikli akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.  Ada juga yang mengatakan santri itu berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu begawan atau resi, seorang santri diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pondok pesantren, sebagai konsekuensinya ketua pondok pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut.
Dari pengertian istilah diatas penulis dapat menjabarkan maksud judul “Implementasi Nilai-Nilai Keislaman Dalam Pembentukan Kepribadian Santri Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan”. yaitu “penerapan nila-nilai keislaman.
Kajian Pustaka
Kajian Teoritik
Tinjauan Tentang Nilai-Nilai Islam
Pengertian Nilai-Nilai Islam
Sebelum peneliti menjelaskan tentang nilai-nilai keislaman maka terlebih dahulu akan membahas tentang definsi apa itu nilai, karna nilai memiliki arti hal-hal yang penting dan berguna bagi manusia.
Nilai dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang lingkupnya, nilai tersebut sangat erat dengan pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasnya.
Sedangkan dalam arti lain nilai adalah konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk atau salah.
Secara filosofis, nilai mengacu pada permasalahan etika. Yang berhubungan dengan masalah baik dan buruk. Tolak ukur kebenaran sebuah nilai dalam persepektif filsafat islam adalah aksiologi.
Dalam pandangan aksiologi nilai dapat dibagi menjadi dua, yakni nilai intrinsik dan nilai instrumental.
Nilai intrinsic bersifat mutlak, abadi, dan tidak tergantung dengan kondisi atau situasi tertentu, nilai ini berhubungan dengan baik buruknya sesuatu yang terkandung di dalam sesuatu itu sendri. Misalnya, pisau itu baik karna ketajamannya.
Nilai instrumental bersifat relative. Sedangkan dalam dimensi nilai instrumental yaitu pisau bisa menjadi sesuatu yang baik dan buruk tergantung penggunaannya. jika pisau ketika digunakan untuk menyembelih hewan kurban, maka pisau itu akan berfungi baik dan apabila digunakan untuk membuhuh orang yang tidak berdosa, maka pisau itu aka berfungsi buruk.
Nilai-nilai yang dikembangkan oleh aksiologi materialisme dan anak cabangnya mengakui adanya nilai intrinsic tetapi tidak mengakui adanya nilai mutlak karna semua nilai sifatnya relative tergantung subjek, objek, situasi dan kondsi.
Islam memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsic yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua nilai. Nilai tersebut adalah nilai tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan tujuan (ghaya) semua aktifitas hidup muslim. Semua nilai-nilai sholeh yang termasuk dalam islam merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat untuk meraih nilai tauhid. Dalam praktek kehidupan justru niali-nilai instrumental itulah yang banyak dihadapi oleh manusia seperti perlunya nilai-amanah, kejujuran, kesabaran, keadilan, kemanusian, etos kerja dan disiplin. Oleh karnananya islam menekankan perlunya nilai-nilai tersebut terus dibangun pada diri seseorang sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi yang tauhidi.
Demikian pula nilai-nilai islam yang menjadi kumpulan prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya didunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya terkait membentuk satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Landasan nilai pendidikan islam
Pendidikan islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian islam dan ajaran-ajaranya kedalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber dan landasan pendidikan islam harus sama dengan sumber islam sendiri, yaitu Al-quraan dan As-sunah. Demikian pula nilai-nilai islam yang menjadi kumpulan prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan hidupnya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya terkait membetuk satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Landasan pendidikan islam adalah identik dengan ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-quraan dan Hadist. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sumber adalah asal sesuatu. Sumber ajaran islam adalah asal ajaran islam (termasuk sumber agama islam didalamnya). Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk:
Al-qur`an
Al-qur`an adalah sumber agama (juga ajaran) islam pertama dan utama. Menurut keyakinan umat islam yang dia akui kebenaranyan oleh penelitian ilmiah, al-qur`an adalah kitab suci yang memuat firman (wahyu Allah), sama benar yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada rusl Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di mekah kemudian di madinah. Tujuannya, Sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.
Pengertian Al-qur`an dalam kamus besar bahasa indonesia adalah kitab suci umat islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada nabi muhammad SAW, dengan pelantara malaikat jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup pada umat manusia.
Sunnah (Hadist)
Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rusullah. Dengan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahuai Rosullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah al-qur`an. Sunnah juga berisi akidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Muhammad Daut mengmukakan bahawa, ada tiga peranan Hadist disamping Al-qur`an sebagai sumber agama dan ajaran agama islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-qur`an. Kedua, sebagai penjelasan isi Al-qur`an. Ketiga, menambahkan atau menambahkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuanya didalam Al-qur`an.
Selain itu, antara al-quran dan sunnah (hadist) terdapat perbedaan miskipun keduanya adalah sama-sama sebagai sumber hukum islam. Perbeaan-perbedaan yang cukup prisipil, yaitu:
Al-qur`an nilai kebenarnya adalah mutlak (qath`i), sedangkan hadist adalah relatif, nisbi (zhanni) kecuali hadist-hadist murawatir. Al-qur`an adalah wahyu yang datang dari Allah, sedangkan sunnah adlah sabda nabi muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh perawi melalui mata rantai (sanat) tertentu. Kebenar al-qur`an bersifat mutlak karena terjamin oleh allah sendiri.
Seluruh ayat al-qur`an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup, tetapi tidak semua hadist mesti dijadikan pedoman hidup. Sebab, disamping ada hadist yang soheh ada pula hadist yang dhoif (lemah) dan seterusnya.
Al-qur`an sudah pasti autentik lafal dan maknanya, sedangkan hadist adalah tidak demikian.
Apabila al-qur`an berbicara tentang masalah-masalah akidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila-apabiala masalah tersebut diungkapkan oleh hadist.
Perkataan, perbuatan, dan Sikap Para Sahabat
Pada masa Khulafaur Rasyidin  sumber pendidikaan dalam islam sudah mengalami pekembangan. Selain Al-Qur`an dan sunnah, juga perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat. Selain itu, para sahabat Nabi memiliki karakteristik yang berbeda dari kebanyakan orang. Karakteristik yang berbeda itu diantaranya:
Sunnah yang dilakukan para sahabat tidak terpisah dari sunnah Nabi
Kandungan yang khusus dari sunnah sahabat sebagian besar prodik sendiri.
Unsur kreatif dari kandungan merupakan ijtihad persoalan yang mengalami kristalisasi menjadi ijma` berdasarkan petunjuk nabi terhadap suatu yang bersifat spesifik.
Praktek amaliah sahabat identik dengan ijma`.
Dalam memahami Al-Qur`an dan Sunnah tidak bisa sembarangan, kita harus pemahaman yang benar, yaitu pemahaman yang dimilki oleh para sahabat. Merekalah (sahabat) orang-orang yang paling paham tentang keduanya. Sebab, mereka telah mendapat pengajaran langsung dari pendidikan terbaik yang ada di atas permukaan bumi ini, yaitu Rosullah Saw. Melalui perantara merekalah, generasi setelahnya sehingga generasi kita sekarang ini dan mengerti Al-Qur`an dan Sunnah.
Ijtihad
Salah satu sumber hukum islam yang valid (muktamad) adalah ijtihad. Ijtihad ini untuk menetapkan hukum atau tuntunan suatu perkara yang adakalanya tidak terdapat di dalam al-qur`an maupun sunnah. Ijtihad ini dilakukan untuk menjelaskan sesuatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak terdapat keterangan dari al-qur`an maupun sunnah. Menurut ajaran islam manusia dibekali Allah dengan berbagai perlengkapan yang sangat berharga antara lain akal, kehendak dan kemampuan untuk berbicara. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dengan yang buruk, antara kenyataan dengan yang khayalan. Dengan memepergunakan akalnya manusia akan selalu sadar.
Zakiah Daradjat mendifiniskan jitihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat islam untuk menetapkan atau menetapkan suatu hukum syariat islam dalam hal-hal yang ternyat belum ditegaskan hukumnya oleh al-qur`an dan sunnah.
  Ijtihad terbagi menjadi beberapa hal, yaitu:
Ijma` yaitu konsensu atau kesepakatan para alim ulama untuk menetapkan suatu hukm, pada waktu tertentu, setelah Rosullah Saw wafat. Seperti usaha pembukuan al-qur`an pada masa khalifah abu bakar atas inisiatif usulan umar bin khattab.
Qiyas yaitu menetapkan hukum suatu perkara dengan jalan menyerupakan atau menganalogikan suatu kejadi yang tidak disebutkan secara jelas dalam nash dengan suatu kejadian yang telah ada dan disebutkan dalam nash al-qur`an atau sunnah secara tegas, karena adanya kesamaan Illat hukumnya.
Maslahah mursalah iyalah mempertahankan sesuatu yang telah diputuskan atas kehendak syarak dengan maksud untuk menolak dan menghidarkan dari timbulnya kerusakn.
Adapun nilai-nilai pendidikan islam pada dasarnya berlandaskan pada nilai-nilai islam yang meliputi semua aspek kehidupan. Baik itu menagatur tentang hubungan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungannya, dan pendidikan disini mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsunagan berfungsinya nilai-nilai tersebut.
sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:
Nilai llahiyah
Nilai ilahiyah merupakan nilai yang dititahkan tuhan melalui para Rasul-Nya, yang berbentuk takwa, iman dan adil yang diabadikan dalam wahyu ilahi. Nilai-nilai yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat serta tidak kecendrungan untuk merubah mengikuti selera hawa nafsu manusia dan perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan social dan tuntutan individual.
Nilai insaniyah
Nilai insaniyah tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis. Sedangkan keberlakuann dan kebenarannya relatif (nisbi) yang dibatasi oleh runga dan waktu
Sedangkan Achmadi mengatakan bahwa landasan dalam islam berpusat pada Tauhid. Karena, dengan dasar tauhid tampak kental sekali pendidikan islam belandaskan pandangan teosentris (berpusat pada tuhan). Bahkan, pendidikan agama islam juga berlandaskan humanisme, maka nilai-nilai fundamentalis yang secara universal dan obyektif merupakan kebutuhan manusia perlu dikemukakan sebagai dasar pendidikan agama islam, walaupun posisinya dalam konteks sebagai nilai instrumental. Nilai-nilai tersebut adalah kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmat bagi seluruh alam.
Tujuan nilai pendidikan islam
Pendidikan islam adalah rangkaian proses yang sistematis, terencana dan komprensif dalam upaya mentrasfer nilai-nilai kepada anak didik, mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik, sehingga mampu melaksanakan tugas kekhalifaan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan pada  ajaran agam pada semua demensi kehidupan.
Menurut Arif dikutip Siswanto mengatakan bahwa, Nilai-nilai ideal mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian manusai, sehingga menggejala dalam prilaku lahiriyahnya. Dangan kata lain, prilaku lahiriyah adalah cermin yang memproyeksikan nilai-nilai ideal yang telah mengacu di dalam jiwa manusia sebagai produk dari proses pendidikan. Aat Syafaat mengatakan pendidikan islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, indera. Pendidi ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek spritual, intelektual, imajinasi, jasmani, ilmiah, maupun bahasanya (secara perorongan secara berkelompok.
Sedangkan Sikun Pribadi mengatakan bahwa, tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan, dan saripati dari seluruh renungan pedagogik. Selanjutnya Omar Muhammad Atoumy As-Syaebani mengatakan bahwa tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok:
Sifat yang bercorak agama dan akhlaq.
Sifat menyeluruh yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antar unsur-unsur dan cara pelaksanaanya.
Sifat realistik dan dapat dilakasnakan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan dimana-mana dan kesanggupanya untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya yang dijiawai nilai-nilai ajaran agama. Bahkan pendidikan agama islam bertujuan agar disetiap manusia memiliki kepribadian seperti Nabi Muhammad SAW, yaitu melalui Usawatun Hasanah yang diajarkannya.
Aspek-aspek ajaran keislaman
Mengikuti sistematika iman, islam, dan ihsan yang berasal dari nabi Muhammad dapat dikemukakan bahwa kerangka dasar agama islam terdiri menjadi tiga aspek
Akidah
Yang dimaksud dengan aqidah dalam bahasa arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah), menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karna ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Akidah islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam. Akidah islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang maha esa. Kemahaesaan Allah, sifat, perbuatan dan wujud-nya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan merupakan seluruh keyakinan islam. Dan akidah dalam syariat islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah, Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat sahadat, yaitu menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, dan perbuatan dengan amal saleh.
Syari’ah/syari’at
Makna syari’at (syari’ah) dalam bahasa arab itu berasal dari kata syari’, secara harfiah berarti jalan yang lurus dilalui oleh setiap muslim. Menurut ajaran islam, syari’at ditetapkan Allah menjadi patokan hidup setiap muslim.
Kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Pengertian ahlak menurut istilah yang dikemukakan oleh sebagian para ulama yakni:
Menurut Ibunu Maskawih, akhlah adalah sikap seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu
Menurut Imam Ghazali, akhalak adalah ungkapan suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan penuh dan tidak memerlukan pertimbangn/pemikiran terlebih dahulu.
Baik buruknya akhlak seseorng menjadi salah satu syarat sempurna atau tidaknya keimanan orang tersebut. Karena, seseorang dikatakan sempurna imannya kalau akhlaknya sudah baik, antara ucapan dan perbuatan telah sesuai dengan tuntunan yang diajarkan agama.
Tinjauan Tentang Pengertian Kepribadian
Pengertian kepribadian
Kepribadian atau asy-syakhshiyah, merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality . kata personality sendiri ini berasal dari bahasa yunani persona yang berarti topeng. Topeng biasanya digunakan oleh para pemain sandiwara atau actor dalam menggambarkan hakikat dirinya melalui ucapan-ucapan dan gerak-gerik atau tingkah laku diatas panggung sesuai dengan peran yang dimainkanny dan scenario.
Allport mengemukakan tentang kepribadian, yaitu ” personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment”. (kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang system psikofisik yang menentukn penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya).
Salah satu pengertian kepribadian yang biasa dipakai oleh orang, adalah watak atau karakter, karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari pihak etika, prilaku, dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan moral yang prima walaupun ketika tidak seorang pun yang melihatnya. Karakter mencakup keinginan sesorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian terhadap kesejahtraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis dan alasan moral, dan pengembangan keterampilan intrepersonal dan emosional yang menyebabkan kemampuan individu untuk bekerja secara efektif dengan orang lain dalam situasi setiap saat.
kalau para ahli karakterologi membagi tipe-tipe manusia berdasarkan wataknya, baik secara fisiologis maupun psikologis, maka para ahli psikologi kontemporer berpendapat bahwa selain unsur-unsur kejiwaan yang bersifat tetap (watak), di dalam diri manusia juga terdapat unsure-unsur lain yang bersifat dinamis dan berubah-ubah, sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Unsure-unsur yang dinamis ini sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang.
Menurut Sigmund freud kepribadian manusia terdiri dari tiga unsure yaitu, id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.
Id (das es) aspek biologis kepribadian
Id merupakan lapisan paling dalam atau paling bawah dan merupakan bagian yang tidak sadar dari jiwa manusia, walaupun begitu, ia memegang peranan yng sangat penting dalam menentukan watak dan tingkah laku manusia. Ia merupakan sumber nafsu yang selalu patuh dan tunduk pada ‘prinsip-prinsip kelezatan” dan semata-mata mengarah pada pemuasan hasrat-hasrat seks atau biologis. Semua perbuatan dan tingkah laku manusia berawal dan berangkat dari Id ini. Ia begitu kuat berpengaruh pada jiwa manusia, sehingga apabila tidak terpenuhi, akan timbul konflik atau ketegangan-ketegangan kejiwaan yang berbahaya
Superego (das uber ich) aspek sosialogis kepribadian
Superego merupakan lapisan paling tinggi dari jiwa. Bagian jiwa inilah yang mampu melakukan kontak social yang memahami realitas yang ada disekitarnya. Ia merupakan bagian jiwa yang ethis serta selalu mendukung nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Superego ini bisa disebut dengan hati nurani karena superego merupakan bagian paling luhur dari jiwa manusia.
Ego (das ich)aspek psikologis kepribadian
Ego merupakan lapisan yang berada dibagian tengah dari jiwa manusia. Ia berfungsi sebagai penengah atau hakim yang memutuskan antara kehendak id dan superego. Apabila ego bisa melaksanakan fungsinya sebagai hakim pengambil keputusan yang adil, antara kemauan super ego yang ethis, maka pribadi manusia akan seimbang, sehat dan harmonis, serta tidak akan mengalami kegoncangan atau konflik-konflik kejiwaan.
Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Proses individulisasi ini ditandai oleh bermacam-macam perjuangan batin melalui bermacam-macam tahap perkembangan.
Tahap pertama.
Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidak sadaran. Dengan cara ini, tegangan dalam batin berkurang dan kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaian diri meningkat.
Tahap kedua.
Membuat sadar imago dengan menyadari imago ini, orang akan mampu melihat kelemahan-kelemahannya sendiri yang diproyeksikan.
Tahap ketiga
Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan pasangan yang berlawanan, baik jasmaiah maupun rohaniah. Manusia harus tabah dalam menghadapi masalah ni serta dapat mengatasinya.
Tahap keempat
Adanya hubngan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antara segalaspek dari kepribadian yang ditimbulkan oleh titik puasat kepribadian yaitu: Diri, selain menjadi titik pusat diri juga sebagai , menerangi, menghubungkan, serta mengkordinasikan seluruh aspek kepribadian .   
Kepribadian manusia menurut islam
Dalam al-qur’an banyak dijelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian, antara lain mengenai pola-pola umum kepribadian, mengenai sifat-sifat atau cirri-ciri khusus yang membedakannya dengan makhluk-makhluk lain dan yang membedakan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain, mengenai ciri-ciri kepribadian yang baik dan buruk, serta mengenai hal-hal yang berpengaruh pada pembentukan kepribadian
Tipe-tipe kepribadian manusia
Dalam membagi dan mengelompokkan kepribdian manusia, Al-Qur’an memandangnya dari sudut aqidah atau keimanan yang ada didalam hati mereka dan yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Nabi Muhammad saw. Menegaskan bahwa Allah swt. Tidak melihat bentuk tubuh atau ciri khusus jasmaniah manusia, tetapi melihat hati mereka. Manusia dihargai bukan berdasar suku, kelompok, bangsa, warna kulit, ata aspek-aspek lahiriyahnya, tetapi berdasar tingkat dan derajat ketaqwaannya “Inna akromakum ‘indallahi atqokum”. Demikian al-Qur’an menegaskan.
Al-qur’an menegaskan manusia dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu: orang yang berimanan, orang kafir, orang yang munafiq.
Unsur-unsur kepribadian manusia
Menurut al-qur’an, kepribadian manusia itu terdiri dari dua unsure yang Nampak bertentangan tapi sebenarnya aling melengkapi, bahkan justru menjadikannya sebagai makhluk yang unik dan paling istimewa kedu unsure tersebut adalah:
Unsur-unsur hewani( kebinatangan)
tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik material yang harus dipenuhinya demi kelangsuna hidupnya. Unsur-unsur ini bisa dikenl dengan al-hawa.
Unsure-unsur maliki (kemalaikatan)
tercermin dalam bentuk kerinduan dan kebutuhan spiritual untuk mengenal Allah. Menyembah-Nya. Unsur-unsur ini bisa dikenal dengan istilah al-‘aql yang meliputi berbagai perangkatnya, seperti pikiran, perasaan, hati, nurani dll.
Tinjauan Tentang Santri
Pengertian santri
Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren, sedangkan istilah santri tersebut, para ahli lain pendapat. Menurut C.C Berg berasal dari bahasa India, Shastri, yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. pendapat ini senada dengan pendapat Zamakhsyari Dhofier bahwa kata santri bersal dari bahasa india yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama, atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang pengetahuan. Nurcholish majid juga memiliki pendapat berbeda. Dalam pandangannya asal-usul kata “santri” dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” bersal dari kata “Sastri”, sebuah kata dari bahasa sansakerta yang artinya Melek Huruf. Kedua pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya bersal dari bahasa jawa, dari kata “Cantrik” berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.
Sama beragamnya dengan asal usul kata santri, definisi pesantren yang dikemukakan oleh para ahli juga bermacam-macam. Abdurrahman Wahid berpendapat, Secara teknis, pesantren adalah tempat dimana para santri tinggal. Wahid Zaini mendifinisikan santri dalam tiga ciri, pertama peduli terhadap kewajiban-kewajiban ainiyah, kedua menjaga hubungan baik dengan Al-Khalik, ketiga menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk. Jamali juga berpendapat bahwa istialah Santri adalah orang yang sedang dan pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmu-ilmu agama dari kiai-ulama (guru, teladan, uswah) selama berada di asrama atau pondok pesantren.
Dari urain panjang lebar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran islam serta melatih para santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau dappat juga dapat diambil pengertian dasarnya sebagai suatu tempat dimana para santri belajar pada seorang Kiai untuk memperdalam/memperoleh ilmu, utamanya ilmu-ilmu agama yang diharapkan nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi kehidupan didunia maupun akhirat.
Macam-macam santri
Menurut para ahli santri dapat dikelompokkan beberapa bagian yaitu:
Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memang bertanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari: mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
Santri kalong, yaitu murud-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong, semakin besar sebuah pesantren, semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil memiliki lebih banyak santri kalong dari pada santri mukim.
Hubungan antara kyai dan santri
Kyai dan guru-guru di pesantren menyediakan hampir seluruh waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta dan jiwanya demi kepentingan para santrinya. Hubungan yang terjalin antara kiyai dan santri-santrinya , bukan lagi sekedar hubungan antara guru dan murid, tetapi seperti hubungan antara seorang ayah dan anak-anaknya bahkan kadang-kadang lebih dari itu.
Hubungan yang akrab antara kiyai dan santri-santrinya dalam jalinan ukhuwah islamiyah ini melahirkan tradisi kekeluargaan dan kekerabatan yang sangat positif dan konstruktif bagi dunia pendidikan dan kehidupan bermasyarakat. Segala masalah dibicarakan dan dimusyawarahkan bersama secara kekeluargaan dengan selalu berprinsip pada ajaran-ajaran islam sendiri, yaitu: Yang Tua Hormati Dan Patuhi, Yang Muda Disayang Dan Dihargai.
Santri adalah siswa yang tinggal di pondik pesantren dengan tujuan utama untuk mengabdi. Hal ini merupakan syarat mutlak bagi seorang santri untuk menjadi anak didik  kiai dalam arti penuh. Ia harus berusaha untuk mendapatkan kerelaan sang kiai, dengan cara mengikuti setiap kehendakanya dan melayani kepentingan-kepentingannya. Tugas pelayan ini harus dianggap sebagai kehormatan. Sebab, kerelaan kiai yang di dunia pesantren biasanya disebut Barokah merupakan alasan mengapa seorang santri datang untuk menuntut ilmu di pesantren. Penekanan utama pada upaya untuk mendapatkan kerelaan kiai ini menuntut diciptakannya suatu mikanisme yang kemudian, menghasilkan konsensus tentang bagaimana tata nilai di pesantren akan dibentuk dan diperlakukan. Dengan demikian, status santri da pesantren tak ubahnya suatu medium yang berguna untuk merealisasikan ketundukan pada tali itu sendiri.
Hubungan antar santri
Dalam pergaulan antar santri sehari-hari ciptakan tradisi tenggang rasa, tolong menolong, saling menghargai dan saling menyayangi. Para santri tidak kenal istilah hidup sendiri, maju sendiri, untung sendiri, menang sendiri dan segala macam sifat yang mengarah kepada diri individualisme yang sempit. Suka dan duka dirasakan bersama, yang berat sama-sama dipikul, dan yang ringan sama-sama dijinjing.
Kajian Terdahulu
Kajian tentang Nilai-Nilai Keislaman Dalam Pesantren ini juga pernah di angkat dalam penelitian-penelitian sebelum-belumnya yaitu oleh Saudara Fahruddin Pada tahun 2014 dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Di Pesantren An-Nawawi Desa Lengser Kecamatan Camplong”, yang dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pendekatan Kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian Saudara Fahruddin memfokuskan penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
Bagaimana cara Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Di Pesantren An-Nawawi Desa Lengser Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang, dan faktor yang mempengaruhi Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Di Pesantren An-Nawawi Desa Lengser Kecamatan Camplong Kabupaten Samapang. Sedangkan penelitian kali ini, memfokuskan penelitiannya terhadap Proses Pendidikan Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan Dalam Melaksanakan Nilai-nilai Keislaman Untuk Membentuk Kepribadian Santri, dan Bagaimana hasil penerapan Nilai-nilai Keislaman Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan dalam pembentukan kepribadian santri
Dari Penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dan persamaan, diantaran yaitu :
Untuk persamaannya, yaitu saudara Fahruddin sama-sama melakukan penelitian tentang Nilai-Nilai Keislam Dalam Pesantren, metode penelitiannya sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode dalam pengumpulan datanya sama-sama menggunakan  metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sedangkan perbedaannya,  penelitian yang akan saya lakukan lebih umum yaitu tentang proses atau penerapan Nilai-nilai Keislaman Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan dalam pembentukan kepribadian santri. Sedangkan penelitian yang terdahulu lebih khusus yaitu pada cara Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam.
Jadi antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahruddin dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini  terdapat perbedaan.
Selain penelitian diatas Nilai-Nilai Keislaman Dalam Pesantren ini juga pernah di dikaji oleh Saudara Abd Aziz pada tahun 2013 dengan judul “Penerapan Nilai-Nilai Pesantren Di Madrasah Aliyah Tarbiyatus Shibyan Sumber Papan Palengaan Pamekasan”. yang dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam temuan penelitian terdahulu  dapat disimpulkan sebagai berikut:
Peniliti mengemukakan dari hasil temuanya bahwa Penerapan Nilai-Nilai Pesantren Di Madrasah Aliyah Tarbiyatus Shibyan Sumber Papan Palengan tedapat tiga poin; keikhlasan, kemandirian, dan kesederhanaan. Sedangkan kendala-kendala dalam Penerapan Nilai-Nilai Pesantren Di Madrasah Aliyah Tarbiyatus Shibyan kurangnya minat belajar, kurangnya motivasi, kurangnya dukungan keluarga, lingkungan yang tidak mendukung.
Dari Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dan kesamaan, diantaranya yaitu :
Untuk persamaannya, yaitu saudara Abd Aziz sama-sama melakukan penelitian tentang nilai-nilai keislama, metode penelitiannya sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode dalam pengumpulan datanya sama-sama menggunakan  metode wawancara, observasi. dan dokumentasi.
Sedangkan perbedaannya,  peneliti kali ini lebih khusus yaitu tentang proses atau penerapan Nilai-nilai Keislaman Di Pondok Pesantren Al-Amien Putri I Prenduan dalam pembentukan kepribadian santri. sedangkan penelitian yang terdahulu lebih memfokuskan pada penerapan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan nilai-nilai dalam pesantren.
Jadi antara hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan Oleh peneliti kali ini  terdapat perbedaan.
Metode Penelitian
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif- Kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini, diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Metode dalam rancangan penelitian penelitian kualitatif  lebih  pada penegasan dan penjelasan yang menunjuk pada prosedur-prosedur umum kemetodean yang akan digunakan. Seperti, pendekatan berikut alasan mengapa pendekatan itu digunakan, unit analisis, metode pengumpulan dan analisis data, dan keabsahan data.
Sejalan dengan hal tersebut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif kerena peneliti ingin mengetahui sejauh mana penerapan nilai-niali islam dalam membentuk kepribadian santri di pondok pesantren al-amin I putri di prenduan Selain itu, pendekatan kualitatif dapat memudahkan peneliti untuk mengetahui feneomena yang terjadi secara langsung karena pendekatan kualitatif ini mengahruskan peneliti ikut terlibat.
Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sangat dibutuhkan karena peneliti sebagai human Instrumen, artinya ia sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, Penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil dari penelitiannya dengan cara melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi dari lapangan, sehingga peneliti lebih mudah untuk mengetahui dan memahami gambaran yang lebih jelas tentang objek dari penelitiannya sehingga dalam hal ini peneliti bertindak sebagai partisipan penuh, dalam artian kehadiran peneliti dilapangan merupakan suatu hal yang wajib bagi peneliti. karna, kehadiran peneliti di lapangan dirasa penting dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian.
Selain itu peran terpenting peneliti adalah untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai tujuan yang diharapkan Pada tahap awal, peneliti hadir di lapangan (ponpes Al-amin) hanya untuk menjalin  tali silaturahim sebagai metode pendekatan dalam penelitian yang hendak dilakukan. Dan peneliti menyempatkan diri untuk melihat dokumentsi yang ada sebagai seperangkat sembur data yang akan dijadikan sebgai acuan nanti dalam pelaksanaan penelitian.
Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di pondok pesantren Al-amien Prenduan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep dalam penerapkan nilai-nilai islam untuk membentuk kepribadian santri. Dikarenakan peneliti adalah sebagai alumni di pondok pesantren Al-amien dan dirasa sangat menarik dengan mengangkat judul tersebut.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sember data disebut responden. Apabila peneliti menggunakan tehknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, diam atau gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data. Kemudian sumber datanya bersumber dari manusia dan non manusia.
Adapun data yang diperoleh dirumuskan dalam bentuk wawancara dan pengamatan lapangan (observasi). Sedangkan data yang bersumber dari non manusia adalah dokumentasi-dokumentasi yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Jadi sumber data dalam penelitian ini  adalah pengasuh pondok, ustadzah  pengurus pondok dan santri atau siswa (manusia), sedangkan yang di maksud sumber data (non manusia) adalah dokumen-dokumen  atau catatan yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, jika peneliti menggunakan dokumentasi.
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu:
Metode Observasi atau Pengamatan.
Menurut Margono Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”. Pengamatan merupakan sebuah tekhnik pengumpulan data yang mana mengharuskan peneliti turun langsung kelapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Tetapi tidak semua harus diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau sangat relevan dengan data yang dibutuhkan.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa observasi adalah instrumen penelitian dengan jalan mengamati secara langsung terhadap gejala atau kejadian yang sedang berlangsung melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.
Dari segi keterlibatan observer (orang yang melakukan observasi), dapat dipilah menjadi: dua
observasi partisipan (observasi peranserta, observasi terlibat).
adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam domain objek yang diamati.
observasi non partisipan (dalam pustaka lain disebut observasi tanpa peranserta, atau observasi tak terlibat)
adalah kegiatan pengamatan dimana observer tidak ikut dalam kehidupan objek yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat. Sedangkan
Dengan demikian, peran yang dilakukan oleh observer non partisipan hanya satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Sedangkan dalam observasi partisipan penelitian melakukan dua peran sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus juga menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.
Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan, dikarenakan observer tidak ikut dalam kehidupan objek yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat.
Metode Wawancara
Wawancara atau metode interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistemik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Wawancara dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu wawancara tersetruktur dan wawancara tidak tersetruktur.
Wawancara Tidak tersetuktur
Wawancara tidak tersetuktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja dalam wawancara tidak tersetuktur ini kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawacara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawacara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis intervieu ini cocok untuk penelitian kasus.
Wawancara Tersetuktur
Wawancara Tersetuktur adalah pedoman Wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya telah disiapkan. 
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara berencana, yaitu sebuah bentuk wawancara dimana peneliti menyusun daftar pertanyaan yang dipergunakan sebagai pedoman untuk mewawancarai informan. Wawancara ini sama halnya dengan wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari jawaban.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti dalam arti metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia. Metode dokumentasi diantara kegiatannya mencari data mengenai hal-hal atau bukti-bukti tertulis yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data, serta dalam menyusun teori dan melakukan validitas data. Maka setelah instrument dokumentasi dibuat, maka peneliti mendatangi lokasi penelitian guna melakukan pencatatan data dokumentasi yang diperlukan untuk menunjang validitas informasi atau data yang diperoleh peneliti.
Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Secara sederhana analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Adapun teknik analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu reduksi data (pengecekan,pengelompokan,dan pemberian kode), display data (penyajian data) dan kesimpulan dan Verifikasi data.
Reduksi Data
Reduksi data ini sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sampai data benar-benar terkumpul.
Adapun tahap-tahap dalam melakukan reduksi data kualitatif ini adalah:
Pengecekan (Checking)
Pada langkah ini, peneliti harus mengecek kembali lengkap tidaknya data penelitian. Pengecekan data dilakukan dengan memeriksa kembali lembar transkrip data wawancara observasi, dan dokumen yang ada. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi yang diperlukan.
Hasil cheking ini berupa pembetulan kesalahan, kembali lagi kelapangan, atau mengedrop item yang tidak dapat dibetulkan.
Pengelompokan (Organizing)
Dalam tahapan ini peneliti akan mengelompokan jawaban-jawaban dan data-data yang telah dikumpulkan atau mengklasifikasikan data sesuai dengan arah fokus penelitian dalam lembar klasifikasi peneliti dalam pengurutkan analisis data sesuai dengan fokus penelitian.
Pemberian kode (Codding)
Pemberian kode ini dimaksudkan untuk menentukan data atau informasi berdasarkan teknik pengumpulan data. Pemberian kode pada jawaban-jawaban sangat penting sebab memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data. Adapun kode yang akan  digunakan Oleh peneliti yaitu:
Kode Wawancara
W/I.1/F1/T1/Jam/Tanggal
Keterangan :    W : Wawancara
      I : Informan
      F : Fokus Penelitian
      T : Tempat Penelitian
Kode Observasi
O/F1/T1/Jam/Tanggal
Keterangan :    O : Observasi
      F : Fokus Penelitian
      T : Tempat Penelitian
Kode Dokumentasi
D/F1/T1/Jam/Tanggal
Keterangan :    D : Dokumentasi
      F : Fokus Penelitian
      T : Tempat Penelitian
Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data ini merupakan sekumpulan informasi tersusun dalam bentuk uraian naratif, bagan, tabel, dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti dalam menggabungkan informasi, memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.
Kesimpulan dan Verifikasi data
Penarikan kesimpulan dilakukan manakala peneliti sudah yakin dengan temuan-temuannya. Akan tetapi jika peneliti masih ragu terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitiannya, maka dilakukan verifikasi data (pengecekan ulang). Penarikan kesimpulan data dan verifikasi data ini bertujuan untuk validitas data yang  telah terkumpul dan untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengetahui valid tidaknya data yang telah diperoleh dalam proses penelitian dilapangan dan bisa dipertanggung jawabkan, maka peneliti akan berusaha mengecek kembali terhadap data-data yang telah diperoleh dilapangan. Adapun teknik – teknik yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, dan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu perpanjangan keikutsertaan di tempat penelitian. Hal ini merupakan hal yang harus dilakukan demi lengkap dan terkumpulnya data dari data–data yang ada. Dengan demikian peneliti mendapat manfaat yakni mengetahui kondisi riil dan situasi yang sesunggunhnya terjadi serta untuk mengetahui validitas dari data yang di dapat.
Ketekunan Peneliti
Ketekunan peneliti berarti mencari data secara terus-menerus, rinci, seksama  dan berusaha menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diamati terkait dengan topik dan persoalan–persoalan di sekitar permasalahan yang menjadi objek penelitian.
Triangulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut. Adapun teknik Trianggulasi ada 3 yaitu sumber, metode, dan teori.
sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh peneliti dari informan. Seperti membandingkan informasi yang diperoleh dari informan yang disampaikan secara umum dengan informasi yang disampaikan informan secara pribadi.
metode, yaitu suatu teknik pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui teknik pengumpulan data. Seperti mengecek informasi melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
teori, yaitu suatu teknik pengecekan derajat kepercayaan melalui teori yang ada.
Analisis Kasus Negatif
Teknik analisis Kasus negatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan fokus penelitian serta kecenderungan informasi yang telah dikumplkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.
Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini ada 3 yaitu: Tahap Pra Lapangan, Tahap Pekerjaan lapangan, dan Tahap Analisis Data.
Tahap Pra Lapangan
Tahapan pra lapangan merupakan tahapan awal dalam suatu penelitian atau hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum peneliti  melaksanakan penelitian kelokasi penelitian. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan diantaranya:
Menyusun Rancangan Penelitian
Memilih lapangan atau Lokasi penelitian
Mengurus Perizinan
Menjajaki dan menilai keadaan Lapangan.
Memilih dan memanfaatkan Informasi
Menyiapkan perlengkapan Penelitian.
Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahapan Pekerjaan lapangan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan dilokasi penelitian. Tahapan Pekerjaan lapangan  meliputi memahami latar belakang Penelitian, Persiapan diri, memasuki lapangan serta mengumpulkan data.
Tahap Analisis Data
Tahapan analisis data merupakan suatu tahapan menganalisis atau penguraian data yang diperoleh dari pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini peneliti melakukan pengecekan, pengorganisasian, serta memaparkan atau mendiskripsikan hasil temuannya.

















Daftar Rujukan
Muhibuddin, Pasang Surut Pesantren Di Panggung Sejarah, Mozaik Pesantren, Media Informasi Dan Pemikiran Pesantren, (Jakarta: PT Ababil Citra Media, 2005)
Wahid Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi, (Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2001)
Marhumah Ema, Konstruksi Social Gender Di Peantren  (Studi Kuasa Kiayi Atas Wacana Perempuan), (Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2011)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka)
Sujanto Agus,  dkk,  Psikologi  Kepribadian  (Jakarta:  Bumi Aksara, 1984)
Idris Jauhari Muhammad, Pengantar Ilmu Jiwa Umum Dengan Konfirmasi Islam, (Sumenep: Multimedia Press, 2010)
Dhofier Zamakhsyari, tradisi pesantren, (Jakarta: LP3ES, 2011)
Siswanto, Filsafat Dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Surabaya: Pena Salsabila, 2015 )
Acmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigm Humanism Teosentrisi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010)
Daud Ali Muhammad, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta :Rajawali Pers, 2013)
Muslih, Syafaat Aat, Sahrani Sohari, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)
Yusuf Syamsu, dkk, Teori Kepribadian, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011).
Yaumi Muhammad, Pendidikan Karakter Landasan Pilar Dan Implementasi (Jakarta : Prenadamedia Group, 2014)
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah Uin Maulana Malik Ibrahim Malang, Pendidikan Islam Dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2009)
Zaini Wahid, Dunia Pemikir Kaum Santri, (yogyakarta: LKPSM NU DIY, 1994)
Jamali, Kaum Santri Dan Tantangn Kontemporer (Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren), (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)
Soebahar Halim, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai Dan Sistem Pendidikan Pesantren, (Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2013)
J Moeloeng Lexy, Metode Penelitian Kualitatf, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)
Bungin Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012)
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Peneitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2006)
S. Margono, MetodologiPenelitianPendidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 2007)
Patilima Hamid, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007)
Arif Saiful, Pembentukan Keterampilan Mengajar, (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2010)
Buna’i, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Pamekasan; STAIN Pamekasan Press, 2006)
Pedoman penulisan karya ilmiah  (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2012)
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2014)
Kasiram Moh, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010)
Prastowo Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2014)