BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Guru
adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses
pendidikan di Madrasah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan
pendidikan. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran
kedalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing
dan membina anak didik agar menjadi manusi asusila yang cakap, aktif, kreatif
dan mandiri. Bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung
jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas berat sebagai
seorang guru pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki
kompetensi profesional yang tinggi. Guru memegang peranan sentral dalam proses
belajar mengajar, sehingga mutu pendidikan di Madrasah sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya.[1]
Guru
adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di Madrasah, karena guru
merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu
pendidikan Madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi
professional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.[2]
Sebagai
pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
setiap upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran.
Ketrampilan penguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan
tugas dan tanggungjawab guru sebagai pengajar dan pendidik secara sempit dapat
diinterprestasikan sebagai pembimbing atau fasilitator belajar siswa.
Guru
dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan
keinginan semua pihak terutaama masyarakat umum yang telah mempercayai Madrasah
dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik
sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga
kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan
kinerja yang ditunjukkan guru.
Kinerja
guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas
maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti
mengerjakan administrasi Madrasah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan
bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian.[3]
Dalam
tataran mikro teknis, guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin
pendidikan, dia amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran
kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan
tugasnya, ini berartii bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan
bagi mutu pembelajaran pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output
pendidikan setelah menyelesaikan Madrasah.
Kinerja
guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan
pembelajaran di lembaga pendidikan.
Kinerja
merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada
dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku
manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil
yang diinginkan.
Kinerja guru yang sudah bagus perlu ditingkatkan
atau minimal dipertahankan, namun untuk guru yang kinerjanya kurang bagus perlu
diberi bimbingan dan motivasi agar lebih baik. Hal itulah yang memunculkan akan
arti kepemimpinan kepala Madrasah. Kepala Madrasah harus mampu membimbing,
memotivasi dan mengarahkan agar guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai guru dengan baik. Kepala Madrasah
harus mampu menggerakkan guru dengan baik tetapi bukan memaksa. Dalam
memberikan bimbingan, motivasi serta arahan kepada guru tentunya diperlukan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan guru secara personil, sebab
masing-masing guru memiliki karakter yang berbeda-beda.
Kinerja Guru dapat terlihat jelas dalam pembelajaran yang
diperlihatkannya dalam prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang baik
akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik. Selanjutnya kinerja
yang baik terlihat dari hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi peserta
didik. Terdapat beberapa indikator
kinerja guru yaitu akan tampak dalam hal kepuasan peserta didik dan orang tua
peserta didik, prestasi belajar peserta didik, perilaku sosial dan kehadiran
guru. Dengan demikian maka jelaslah bahwa menilai dan memahami kinerja guru
tidak terlepas dari peserta didik sebagai subjek didik dan tingkat prestasi
belajar yang dicapai peserta didik merupakan gambaran kinerja guru sebagai
perencana dan pengelola pembelajaran atau administrator kelas.[4]
Proses
interaksi mengajar guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah
orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa
diperlukan pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa
semua ini tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara
kondusif. Disinilah kinerja guru dalam melaksakan tugasnya sebagai pendidik sangat menentukan.
Kemudian
ditemukan fakta juga bahwa semua guru yang ada di MTs Kholid Bin Walid Bangkes
Kadur Pamekasan lebih banyak
mengandalkan buku pelajaran ketika proses pembelajaran berlangsung, lalu
bagaimana jika siswa menempuh bidang studi seperti SKI
dan Sejarah yang pembahasannya
sangat luas, sementara peneliti tidak menemukan adanya
guru yang menggunakan media di kedua bidang study
tersebut, bagaimana siswa
bisa langsung memahami dengan pembahasannya yang luas dan
banyak, setidaknya guru menyediakan video yang bisa
ditayangkan untuk memberikan
gambaran mengenai persoalan belajar saat itu, tetapi peneliti
tidak menemukan adanya guru yang menggunakan video pada
saat proses pembelajaran
berlangsung. Belum lagi ketika guru harus dihadapkan dengan siswa kelas rendah
(tematik) yang kesehariannya penuh dengan bermain, bagaimana guru bisa menjamin
bahwa persoalan belajar saat itu bisa dipahami dan diserap oleh siswa,
sementara untuk menghadapi siswa kelas rendah guru harus mampu memberikan
sesuatu yang unik dan berbeda disetiap persoalan belajar supaya mampu mengambil
perhatian/focus siswa ketika di kelas.
Berdasarkan
pokok–pokok pikiran di atas, penulis memandang penting untuk diadakan
penelitian tentang: “Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur
Pamekasan”. Dengan harapan dapat memberikan sumbangsih pemikiran
terhadap kemajuan pendidikan di Pamekasan pada umumnya dan Madrasah Tsanawiyah
Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan pada khususnya.
B.
Fokus Penelitian
Berdasarkan
kontekspenelitian yang penulis kemukakan di atas, maka peneliti dapat menetapkan fokus penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Kinerja
Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan?
2. Apakah Faktor Pendukung Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan?
3. Apakah Faktor Penghambat Kinerja Guru
di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan?
C.
Tujuan Penelitian
Setiap
usaha yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan. Begitu pula
denganpenelitian ini. Penelitan inidilakukan dengan tujuan:
1.
Mengidentifikasi
Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
2.
Mengidentifikasi
Faktor Mendukung Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
3.
Mengidentifikasi
Faktor Penghambat Kinerja
Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
D.
Kegunaan Penelitian
Penelitian
ini mepunyaimanfaat dan kegunaan , yaitu makna secara teoritis praktis. Secara teoritis
praktis penelitian ini bergunauntuk memperkaya khazanah keilmuan dan
pengalaman, antara lain:
1.
Bagi Kepala MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Dari hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi sebagai masukan dan evaluasi
mengenai Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan.
2.
Bagi
Guru
Hasil penelitian ini
dapat meningkatkan kualitas sebagai pendidik yang bisa mengantarkan siswanya
menjadi pribadi yang baik dan santun.
3.
Bagi
perpustakaan IAIN Madura
Hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan keilmuan dan
tambahan literatur sebagai dasar pengembangan penelitian di masa yang akan
datang .
4.
Bagi
peneliti
Sebagai adanya
tambahan pengetahuan karena dengan adanya penyususnan skripsi ini penulis akan
mengetahui fenomena yang terjadi dilapanagan.
E.
Definisi Istilah
Untuk
menghindari kesalahan pahaman dalam memahami kata kunci dan konsep pokok yang
terdapat dalam judul proposal skripsi ini, maka perlu peneliti memberikan
batasan tentang Kineja guru.
Kineja
guru merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai guru dalam suatu organisasi (madrasah), sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan madrasah dalam upaya
mencapai visi, misi, dan tujuan madrasah bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Jadi,
dari pengertian itu dapat diteruskan yang dimaksud dengan kinerja guru adalah
mencakup pada kinerja guru, faktor
pendukung dan faktor penghambat di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian Kinerja
Guru
Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
yaitu dari kata Performance, kata Performance berasal dari kata To
Perform yang berarti menampilkan atau melaksankan. Performance berarti
prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau
penampilan kerja.[1]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah suatu yang dicapai,
prestasi yang diperhatikan, atau kemampuan kerja.[2]
Dalam materi diklat, penilaian kinerja guru, yang di terbitkan oleh Direktorat
Tenaga Kependidikan, kenerja merupakan suatu wujud prilaku seseorang atau
organisasi dengan orientasi prestasi.[3]
Menurut Smith performance atau
kinerja adalah “…. Output derive from processes, human or therwise”,
jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu
proses. Bernardin dan Russel memberikan definisi tentang performance sebagai
berikut : “Performance is defined as the record of autcomes produced on
a specified job function or activity during a specified time period“
(prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).
Sementara itu, Mathis dan Jackson, mendefinisikan bahwa
kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan
kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk (1) kuantitas keluaran,
(2) kualitaskeluaran, (3) jangka waktu keluaran, (4) kehadiran ditempat kerja,
(5) sikap kooperatif.[4]
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal
yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja
sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu
organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar
membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan. Menurut Prawirasentono,
“Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
ataupun etika”.[5]
Dessler menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan
prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual dengan standar
kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil
kerja.[6]
Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau
kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang
standar kinerja telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Tingkat keberhasilan harus sesuai dengan hukum, moral, dan
etika. Stardar kinerja adalah merupakan patokan dalam mengadakan pertanggung jawaban terhadap
segala hal yang telah dikerjakan.[7]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau
prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan
seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai
bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan.
Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja
atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi
yang baik.
Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau
menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu
pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah
yang akan diraih dapat sesuai dengan yang di rencanakan.
Guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan
berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang
optimal. Sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja
guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor ini adalah dorongan untuk bekerja, bertanggung jawab
terhadap tugas, minat terhadap tugas, penghargaan atas tugas, peluang untuk
berkembang, perhatian dari kepala madrasah, hubungan interpersonal dengan
sesame guru, MGMP dan KKG, kelompok diskusi terbimbing, serta layanan
perpustakaan.[8]
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru
dapat dilihat dan diukur berdasarkan
spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki
oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud
perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu
bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran, dan menilai hasil belajar.[9]
Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto
dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa, “Standar
kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya
seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan
perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan
siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari
guru”.[10]
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.[11]
Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005
Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi
kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang
diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.[12]
Pendapat lain diutarakan Soedijarto menyatakan ada empat
tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang
harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1) merencanakan program belajar
mengajar; (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar; (3) menilai
kemajuan proses belajar mengajar; (4) membina hubungan dengan peserta didik.[13]
Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan
pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3)
menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; (5)
melaksanakan tugas tambahan.[14]
Kinerja guru
dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas
termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan
mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia
Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance
assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas
menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru,
meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau
disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur
pembelajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal
skill).
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang
terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan
pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar
pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran
yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran
yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada
saat dilakukan evaluasi.
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh
seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang
meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan
siswanya.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Guru
Dalam
sebuah organisasi atau Madrasah setiap individu (guru) mempunyai karakter yang
berbeda-beda, demikian pun dengan kinerjanya juga berbeda-beda. Kepala madrasah
seyogianya memahami akan perbedaan-perbedaan tersebut dan menguapayakan agar kinerja
guru dapat maksimal. Di sebagaian besar organisasi khususnya madrasah, kinerja
karyawan dalam hal ini guru merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
organisasi. Menurut Malthis dan Jckson ada tiga faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan, yaitu kemampuan, usaha yang dicurahkan, dan dukungan
organisasi.
Kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan dipengaruhi
banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Sutermeister mengatakan bahwa
kinerja dipengaruhi oleh “kemampuan (ability)
dan motivasi (motivation)”.
Selanjutnya dikatakan bahwa Kemampuan dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengetahuan dipengaruhi oleh
pendidikan, pengalaman, latihan dan minat. Keterampilan dipengaruhi oleh
pembawaan (bakat) dan kepribadian.
Motivasi dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor dari: (1) lingkungan fisik
pekerjaan, (2) lingkungan sosial pekerjaan yang terdiri dari (a) kepemimpinan,
(b) organisasi formal atau lingkungan organisiasi yang mencakup struktur
organisasi, iklim kepemimpinan, efisiensi organisasi dan manajemen.[15]
Kinerja individu meningkat
apabila ketiga komponen tersebut ada dalam dirinya. Akan tetapi, kinerja akan
berkurang apabila salah satu komponen ini dikurangi atau tidak ada. Misalnya,
ada seseorang pekerja memiliki kemampun untuk melakukan pekerjaan dan bekerja
keras, tetapi organisasi memberikan peralatan yang kuno sehingga pekerjaan
tersebut lebih lambat.
Menurut Hasibuan prestasi
kerja merupakan gabungan dari tiga faktor, yaitu kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran
dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut,
semakin besarlah prestasi kerja karyawan yang bersangkutan.[16]
Jika
kinerja adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh
individu, kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Kinerja mempunyai
hubungan yang erat dengan produktivitas, Karena merupakan indikator dalam
menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi
dalam suatu organisasi. Hasibun menyatakan bahwa produktivitas adalah
perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input).
Adapun
beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi
kinerja
antara lain: 1) Sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika
kerja). 2) Pendidikan. 3) Keterampilan. 4) Manajemen kepemimpinan. 5) Tingkat
penghasilan. 6) Gaji dan kesehatan. 7) Jaminan sosial. 8) Iklim kerja. 9) Sarana
dan prasarana. 10) Eknologi. 11) Kesempatan berprestasi.[17]
Menurut Malthis dan Jackson dalam Wikipedia, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga
kerja, yaitu: 1) Kemampuan mereka. 2) Motivasi. 3) Dukungan yang diterima. 4) Keberadaan
pekerjaan yang mereka lakukan. 5) Hubungan mereka dengan organisasi.[18]
Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa sedikitnya terdapat sepuluh
faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun
eksternal:
“Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2) tanggung
jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap tugas,
(5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan
interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi
terbimbing serta (10) layanan perpustakaan”.[19]
Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya tentang
faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor mendasar yang terkait erat dengan kinerja professional
guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat dengan kesejahteraan guru. Kepuasan
ini dilaterbelakangi oleh faktorfaktor: (1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3)
hubungan antar pribadi, (4) kondisi lingkungan kerja, (5) kesempatan untuk pengembangan
dan peningkatan diri.[20]
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru dapat berasal dari dalam individu itu sendiri seperti
motivasi, keterampilan, dan juga pendidikan. Ada juga faktor dari luar individu seperti iklim kerja, tingkat
gaji, dan lain sebagainya.
C.
Penilaian Kinerja Guru
Untuk menilai
kinerja guru, perlu tersedia data yang akurat mengenai sejumlahpotensi yang
dimiliki guru sehingga menghasilkan data yang konsisten (terpercaya) dan
dianggap benar agar dapat diukur (valid).
Penilaian kinerja
guru merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui atau memahami
tingkat kinerja guru satu dengan tingkat kinerja guru yang lainnya atau
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Hani Handoko menjelaskan
bahwa, “penilaian prestai kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”.[21]
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu
organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program
yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
Penilaian terhadap
kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang
dimiliki oleh guru berkenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan pekerjaannya.
Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja guru adalah
berdasarkan SK Mendikbud Nomer 025 Ayat 01 Tahun
1995 tentang standar prestasi kerja yang mana di dalamnya
dinyatakan bahwa standar prestasi kerja guru adalah minimal yang wajib
dilakukan guru dalam proses belajar dan mengajar yaitu :
1.
Penyusunan
program belajar yang terdiri dari: a) Analisis Materi
pelajaran (AMP). b) program tahunan (Prota). c) Program Semester (Promes). d) Program Satuan
Pelajaran (PSP). e) Rencana Pembelajaran (RP). f) Alat evaluasi (AE). g) Program
perbaikan dan pengawasan.
2.
Pelaksanaan
program pembelajaran meliputi : a) pelaksanaan pembelajaran di
kelas, b) penggunaan strategi pembelajaran, serta e) penggunaan media dan
sumber belajar.
3.
Pelaksaan
evaluasi meliputi: a) evaluasi hasil belajar, b) evaluasi target kurikulum,
sertac) evaluasi daya serap.
4.
Analisis
evaluasi meliputi: a) analisis ketuntasan belajar dan b) analisis butir soal.
5.
Pelaksanaan
perbaikan dan pengayaan meliputi : a) pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dan b) pelaksanaan pengayaan pembelajaran.[22]
Terdapat berbagai model
instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada
dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu
skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur
penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu
kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara
mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi
yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar,
merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi.
Menilai kinerja guru suatu proses
menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian
kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru
sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan keputusan.
Pengukuran kinerja perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan
terdapat penyimpangan dari rencana yang sudah ditentukan, semisal apakah
pegawai/karyawan telah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut
Suwatno dan Donni Juni Priansa bahwa pengukuran kinerja merupakan salah satu
tugas penting bagiperusahaan untuk mengetahui level kinerja karyawan yang
dimilikinya.[23]
Sedangkan menurut Marihot Tua Efendi Hariandja penilaian unjuk kerja merupakan
suatu proses organisasi dalam menilai unjuk kerja pegawainya.[24]
C. Mengginson dalam Anwar Prabu Mangkunegoro memberikan penjelasan bahwa penilaian
prestasi kerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan
apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.[25]
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk
mengetahui apakah seorang pegawai/karyawan telah melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat diketahui level kinerjanya.
Guru sebagai sosok sentral dalam pelaksanaan pendidikan perlu memiliki kinerja
yang baik. Pengukuran kinerja guru profesional dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana guru melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Disisi
lain, guru juga membutuhkan umpan balik dari pelaksanaan tugas mereka sebagai
panduan untuk melangkah di masa yang akan datang. Dari pengukuran kinerja
tersebut guru dapat mengenali kakuatan dan kelemahan yang dimiliki selama
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini seperti penjelasan Sedarmayanti
bahwa penilaian kinerja adalah uraian sistematik, tentang kekuatan/kelebihan
dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/kelompok.[26]
Guru merupakan suatu pekerjaan yang
tugas utama/profesionalnya terfokus pada kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan
pembelajaran, terdapat 3(tiga) kegiatan yang harus dilakukan guru yakni
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dari penjelasan
tersebut maka pengukuran kinerja guru dilakukan dengan melihat apakah
pelaksanaan dari tugas utama guru yakni merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan. Dijelaskan bahwa aspek dalam pengukuran kinerja guru sebagai
berikut:
1. Dalam
aspek perencanaan pembelajaran terdiri dari lima indikator yaitu: (1) memiliki
kurikulum yang berlaku, (2) memiliki kalender pedidikan, (3) memiliki program
semester, (4) memiliki proggram tahunan, dan (5) memiliki rencana pembelajaran.
2. Dalam
aspek pelaksanaan pembelajaran terdiri dari enam indikator yaitu: (1) memulai
pembelajaran tepat waktu, (2) memanfaatkan waktu pembelajaran dengan opimal,
(3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat, (4)
menggunakan suara yang jelas dan tegas dalam mengajar, (5) melaksanakan
pengelolaan kelas dengan baik, dan (6) melaksanakan pembelajaran denganrencana
pelajaran yang sudah disusun.
3. Dalam
aspek evaluasi pembelajaran terdapat empat indikator yaitu: (1) memiliki
kemampuan menyusun alat evaluasi yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi,
(2) melaksanakan evaluasi secara lengkap yang mencakup evaluasi awal, saat
pembelajaran dan diakhirpembelajaran, (3) melaksanakan analisis terhadap
evaluasi yang dilaksanakan serta (4) memberikan remedial kepada siswa yang
dianggap perlu.[27]
Dari
paparan di atas dapat dilihat mengenai indikator kinerja guru dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.
Dalam Depdiknas Indikator penilaian kinerja guru dilakukan terhadap tiga
kegiatan pembelajaran di kelas yaitu perencanaan program kegiatan pembelajaran,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi/penilaian pembelajaran dengan
rincian sebagai berikut:[28]
a. Perencanaan program kegiatan
pembelajaran
Perencanaan program kegiatan
pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai
bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan
program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu dalam
mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Unsur/komponen yang ada dalam RPP antara lain identitas RPP, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD) indikator, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber
pembelajaran dan penilaian.
b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
adalah inti dari penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan
pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode
serta strategi pembelajaran.
c. Evaluasi/penilaian pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan
atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini
seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan jenis
evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil
evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa indikator penilaian kinerja guru antara lain : (1) pada
perencanaan pembelajaran yakni menyusun program tahunan, program semester,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); (2) pada pelaksanaan
pembelajaran yakni penggunaan alokasi waktu pembelajaran,
pengelolaan/pengaturan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, penggunaan
metode serta strategi pembelajaran, penyampaian materi pelajaran; (3) pada
evaluasi pembelajaran yakni pendekatan dan jenis evaluasi, penyusunan alat-alat
evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Indikator-indikator
tersebut yang akan dijadikan tolok ukur didalam mengukur kinerja guru
profesional dengan tujuan agar penilaian lebih terfokus.
D.
Manfaat Penilaian Kinerja
Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah
sekolah karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari
standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi serta akan
memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira, manfaat dari
penilaian kinerja karyawan adalah: (1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian
kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan pelatihan dan pengembangan;
(5) perencanaan dan pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf;
(7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9)
kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan
balik pada SDM.[29]
Sedangkan Mulyasa menjelaskan
tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:
“Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada
prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini
tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan
yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai
umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan
potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur,
rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga
kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti
identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan”.[30]
Berdasarkan uraian di atas
dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah
untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun
kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian
yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan
meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru dalam
mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan
pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru
sendiri menuju guru yang profesional.
Penilaian kinerja guru tidak
dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan sebagai dorongan
bagi guru dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional
dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal
ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk
merefleksikan diri secara
berkelanjutan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Pendekatan
Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti meggunakan pendekatan kualitatif, sabagaimana Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Lexi J. Meleong mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis
atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati.[1]
Sejalan dengan definisi
tersebut, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dica dengan menggunakan
prosedur statistik atau dengan cara–cara kuantifikasi.[2]
Selain itu, penelitian
kualitatf lebih mementingkan segi proses dari pada hasil. Hal tersebut disebabkan
oleh hubungan bagian–bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses. Disamping itu dalam penelitian kualitatif fenomena yang
dipahami hanya semata-mata menurut perspektif peneliti, melainkan juga apa yang
dimaksud oleh subyek yang diteliti, di mana subyek yang diteliti inilah yang
lebih banyak menentukan hasil dari apa yang diteliti.
B.
Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data. Dengan melakukan observasi peneliti
mengetahui dan memahami gambaran yang utuh tentang objek penelitian. Kehadiran
peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan untuk
memperoleh informasi atau seperangkat data yang dibtuhkan peneliti. Pada tahap
penelitian awal di MTs Kholid Bin Walid Bagkes Kadur Pamekasan, peneliti mendatangi
KepalaMTs Kholid Bin Walid Bagkes Kadur Pamekasan untuk meminta izin tentang
penelitian untuk mengetahui informasi tentang Kinerja Guru, selanjutnya
mengumpulkan data sesuai dengan waktu senggang subyek penelitian.
C.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang
dijadikan tempat untuk kegiatan penelitian adalah di MTs Kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan. Pemilihan madrasah tersebut sebagai tempat penelitian
atas beberapa pertimbangan, antara lain:
1.
Guru di MTs Kholid Bin Walid dinilai kurang maksimal
dalam kinerja,
keterlambatan dalam mengajar adalah bukti konkrit bahwa guru belum maksimal
dalam kinerjanya.
2.
Madrasah ini di bawah naungan pesantren dimana
segala kebijakan yang diberlakukan di madrasah terkadang harus
disesuaikan terlebih dahulu dengan kebijakan pondok pesantren. Sehingga
kreativitas guru terkadang terhambat.
3.
Pemilihan MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur
Pamekasan sebagai lokasi penelitian yang letaknya berada pada lokasi yang
strategis dan mudah dijangkau peneliti yang merupakan alumni MTs Kholid Bin
Walid. Dengan demikian, hal itu mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian
dan mengumpulkan data.
D.
Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis
datanya adalah pernyataan–pernyataan yang disamkan oleh subyek dari penliti
sesuai dengan seperagkat pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti dengan
merujuk pada fokus penelitian yang ada sesuai pada pedoman. Dokumentasi yang bersifat penguat/pembuktian dari data yang diperoleh
berdasarkan pertanyaan subyek penelitian tersebut.
Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan, seperti dokumen dan observasi. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian
ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,
foto dan statistik.[3]
Dalam penelitian ini jenis
datanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang disamkan oleh subyek sesuai
seperangakat pertanyaan yang dikemukakan peneliti dengan mersujuk pada
penelitian yang ada sebagai pedoman.
Jadi sumber data dalam
penelitian ini yaitu guru dan kepala MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan. Data
tersebut dirumuskan dalam bentuk transkip wawancara dan catatan, pengamatan
lapangan, serta dokumen.
E.
Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan uatama
dari peneliti adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data memnuhi standar data yang
ditetapkan.[4]
Dalam suatu penelitian faktor
pengumpulan data merupakan suatu hal yang sangat penting guna memperoleh data
yang sesuai dengan pemasalahan yang diteliti. Mengingat pentingnya pengumppulan
data dalam penelitian, maka peneliti dituntut untuk mampu menentukan metode
pengumpulan data yang tepat dalam proses penelitian yang akan berlangsung.
Oleh sebab itu, untuk proses
pengumpulan data dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan prosedur
pengumpulan data sebagai berikut:
1.
Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan pengamatan
yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subyek penelitian seperti perilaku
dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.[5]
Observasi dilakukan peneliti untuk melihat yang ada di lapangan sehingga dengan
observasi peneliti dapat mengumpulkan data yaitu secara mekanis dan memperoleh
data yang maksimal sesuai yang diinginkan peneliti.
Pelaksanaan teknik observasi
dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penentuan dan pemilihan cara tersebut
sanagat bergantung pada situasi obyek yang akan diamati. Observasi partisipan
adalah suatu proses pengamatan bagian dalam oleh observer dengan ikut mengambil
bagian dalam kehidupan orang–orang yang akan diobservasi. Observer
berlaku sungguh-sungguh seperti anggota kelompok yang akan diobservasi.
Sebaliknya observer yang hanya melakukan pura-pura berpartisipasi dalam
kehidupan orang yang diobservasi, observasi itu dinamakan quasi observasi.
Apabila observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara
terpisah kedudukan selaku pengamat, hal tersebut dinamakan observasi
partisipasipan.[6]
Dalam hal ini peneliti
menggunakan observasi secara non partisipan yaitu peneliti mendatangi tempat peneliti
yakni MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur
Pamekasan. Dengan tujuan untuk memperhatikan kinerja guru. Dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Selain itu, metode observasi
atau pengamatan digunakan untuk mengamati fenomena-fenomena yang ada dilingkungan madrasah.
2.
Wawancara (Interview)
Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan
wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang
berputar di sekitar dan keyakinannya.[7]
Hal teresebut dilakukan dengan percakapan oleh dua pihak, yaitu pewawacara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun non terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to
face) maupun menggunakan telepon.
Wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang kan di peroleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
peneliti berupa pertanyaan–pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan.[8]
Sedangkan wawancara tidak terstrutur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan
adalah wawancara langsung artinya peneliti datang ke lokasi penelitian dan bertatap muka
langsung dengan narasumber. Dan non terstruktur maksudnya adalah peneliti
menggunakan pedoman wawancara ketika bertanya kepada narasumber. Peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber untuk mencari dan
mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,
dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. Pemberian atau pengumpulan
bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan
referensi lain). Hal ini peneliti lakukan untuk mengidentifikasi dan mencari
data tertulis, serta untuk lebih mengkongkritkan data hasil penelitian untuk
menjaga keaslian data. Pencarian serta pengumpulan data yang akan dijadikan
dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu hal yang menjadi fokus
penelitian, yaitu daftar hadir guru, jurnal kelas, tata tertib guru dan
supervisi guru.
F.
Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit–unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang
lain.[9]
Dalam arti lain, analisis data adalah proses mencari dan
menyuusn secara sistematis data yang diperoleh dari hail wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengalokasikan data kedalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit–unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.[10]
Analisis dalam penelitian ini yang juga dilakukan dalam
penelitian skripsi adalah non statistik. Data yang dikumpulkan terdapat dalam
transkip wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data ini
berjuang untuk mendiskripsikan bagaimana penerapan Kinerja guru dalam
meningkatkan profesionalisme guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur
Pamekasan.
Adapun
analisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi
data ini sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian
berlangsung bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.[11]
Adapun tahap-tahap dalam reduksi data adalah :
a.
Checking data (pengecekan)
Pengecekan data dilakukan dengan
memeriksa kembali transkip wawancara, observasi dan dokumen yang ada. Data -
data tersebut di cek dengan maksud untuk mengetahui tingkat kelengkapan data
informasi yang diperlukan dalam penyajian data.
b.
Organizing (Pengelompokan)
Setelah pengecekan data, maka
selanjutnya pengorganisasian data. Pengelompokan data dilakukan dengan
memilah-memilih atau mengklasifikasikan data sesuai dengan arah fokus
penelitian dalam lembar klasifikasi data sendiri. Hal ini untuk memudahkan
peneliti dalam mengurutkan analisis data sesuai dengan fokus penelitian ini.[12]
c. Coding (PemberianKode)
Pemberian kode dimaksudkan untuk menentukan data atau informasi
berdasarkan tehnik pengumpulan data (wawancara) dan observasi serta
dokumentasi. Selain itu, dengan adanya pemberian kode maka akan mempermudah
peneliti dalam pengklasifikasian data.Adapun kode yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1)
Kode metode
W : Wawancara (W/Fs1/In1/Tp1/Tgl-Bln-Thn)
O : Observasi (O/T1/
Tgl-Bln-Thn)
D : Dokumentasi (D/T1/ Tgl-Bln-Thn)
2)
Kode Fokus
Fs1 : Fokus 1
Fs2 : Fokus 2
Fs3 : Fokus 3
3)
Kode informan
In1 : Informan 1 : Kepala Madrasah
In2 : Informan 2: Guru
4)
Kode tempat
Tp1 : Tempat 1 : Ruang Kepala Madrasah
Tp2 : Tempat 2 :
Ruang Guru
5)
Kode waktu
Tgl : Tanggal
Bln : Bulan
Thn : Tahun
Tahapan selanjutnya dari analisis data ini adalah
mendiskripsikan data yang sesuai dengan kategori dan tema dari fokus penelitian
yang ada, sehingga penelitiserta pembaca dapat memahami tema dan temuan yang
ada dalam penelitian serta mengetahui validitas data yang
sudah terkumpul.
2. Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data ini merupakan sekumpulan informasi
tersusun dalam bentuk uraian naratif, bagan tabel, dan lain sejenisnya.
Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti dalam menggabungkan
informasi, memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian
selanjutnya.
3. Kesimpulan dan Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dilakukan
manakala peneliti sudah yakin dengan temuan-temuannya. Akan tetapi jika
peneliti masih ragu terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitiaanya, maka
dilakukan verifikasi data (pengecekan ulang). Penarikan kesimpulan dan
verifikasi data ini bertujuan untuk validitas data yang telah terkumpul dan
untuk menyimpulkan hasil penelitian.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk
dapat mengecek keabsahan temuan dari data–data yang diperoleh di lapangan, maka
peneliti mengecek temuan dengan menggunakan teknik–teknik sebagai berikut:
1.
Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan pengamatan/keikutsertaan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang
baru.
2.
Ketekunan Peneliti
Meningkatkan
ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa
akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Serta
peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis
tentang apa yang diamati.
3.
Triangulasi
Triangulasi
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.[13]
1) Triangulasi sumber
Triangulasi
sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi
teknik digunakan untuk menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3) Triangulasi waktu
Triangulasi
waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara ini dilakukan di pagi hari pada saat narasumber lagi
segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid dan kredibel.[14]
H.
Tahapan-TahapanPenelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan
cara mengkategorikan
kedalam tiga tahapan yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan
tahap analisis data diantaranya adalah:
1.
Tahapan
Pra Lapangan
Dalam tahapan ini peneliti
melakukan:
a.
Menyusun rancangan penelitian
b.
Memilih lapangan atau lokasi penelitian
c.
Mengurus
perizinan
d.
Mengurus perizinan
e.
Menjajaki
dan menilai keadaan lapangan
f.
Menyiapkan
perlengkapan penelitian
g.
Persoalan
etika penelitian
2.
Tahapan Pekerjaan Lapangan
Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:
a.
Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Untuk memasuki pekerjaan lapangan, peneliti perlu
memahami latar penelitian terlebih dahulu, mempersiapkan diri, baik secara
fisik maupun mental agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu peneliti juga berusaha membina lapangan yang baik dengan pihak-pihak
yang berhubungan dengan kegiatan penelitian.
b.
Memasuki lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti masuk kelapangan penelitian
untuk menggali data, diawali dengan silaturrahmi kepada Kepala MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan.
c.
Penyusunan laporan penelitian
Tahap
penyusunan laporan meliputi kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan, kumpulan data sam tahap kesimpulan.
d.
Mengamati sambil mengumpukan data
Dalam hal ini peneliti mengamati langsung kegiatan yang
sedang terjadi dilokasi
penelitian sambil mengumpulkan
dan mencatat data yang diperlukan.
3.
Tahapan
Analisis Data
Dalam tahap
ini peneliti menelaah segala data yang telah diperoleh melalui dokumentasi,
observasi, dan wawancara. Mengelola data dilakukan dengan efisien, dalam tahap
penelitian ini peneliti menggunakan langkah–langkah sebagai berikut:
a.
Membuat catatan lapangan, maksud langkah ini adalah peneliti mencatat,
merekam dan memotret apa yang ada dilapangan, sebagai hasil wawancara mendalam,
pengamatan atau membaca dokumen. Langkah ini bisa disebut fase pengumpulan
data.
b.
Membuat catatan penelitian, dalam langkah ini peneliti menulis kembali
semua yang diperoleh dari langkah yang pertama, sehingga menjadi catatan yang
lebih rapi, mudah dipahami, enak dibaca tetapi hanya berisi yang terkait dengan
yang diperlukan.
c.
Mengelompokkan data yang sejenis, hasil dari langkah pertama dan kedua akan
semakin banyak, berlembar–lembar, karena itu peneliti seawal mungkin jika sudah
bisa mulailah memilah atau mengelompokkan data yang sejenis atau subtema dari
kumpulan data.
d.
Melakukan interpretasi dan penguatan, maksud langkah ini adalah peneliti
meraba–raba, memberi arti terhadap deskripsi para responden (kelompok data)
dalam menjawab permasalahan.[15]
4.
Penyusunan Laporan
Penyusunan
laporan ini berisi tentang kerangka dan isi laporan hasil penelitian. Adapun mekanisme yang diambil dari penyusunan
laporan ini disesuaikan dengan buku panduan tentang penulisan karya ilmiah yang
diatur oleh IAIN Madura.
Penyusunan
sebagai salah satu kegiatan yang terprogram oleh setiap mahasiswa dan mahasiswi
sebagai kegiatan akhir yang harus ditempuh. Penyusunan laporan ini nantinya
akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam bentuk skripsi yang disepakati secara
sah oleh pihak pembimbing.
BAB IV
PAPARAN DATA,
TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
MTs. Kholid Bin Walid merupakan salah satu lembaga formal tingkat menengah
pertama atau sederajat yang ada di Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Kabupaten
Pamekasan. Berdiri pada 1985 M yang di prakarsai langsung oleh KH. Syafiuddin
Nahrawi beserta kawan karibnya H. Halimy yang pada akhirnya menjadi Kepala
Madrasah pertama di MTs Kholid Bin Walid. KH. Syafiuddin juga menjabat sebagai
Pengasuh Pondok Pesantren Addurriyah Bangkes Kadur Pamekasan. Di tahun pertama
pendirian MTs. Kholid Bin Walid ini ada sekitar 40 peserta didik baru yang
terdaftar, karena pendirian MTs, Kholid Bin Walid ini menuai respon positif
dari masyarakat sekitar. Sejak berdirinya MTs, Kholid Bin Walid terus mengalami
perkembangan.
MTs. Kholid Bin
Walid terletak di Dusun Embung Barat
Tengah Desa Bangkes Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan dengan kode pos 69355
yang lokasi jaraknya ke pusat kecamatan
2 KM dan jarak ke pusat otoda
15 KM. Terletak pada lintasan Desa
dengan status swasta. MTs. Kholid Bin Walid
ini memiliki akreditasi terdaftar yang termasuk kelompok madrasah B.
Lahan yang dijadikan tempat untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan seluas
600 m2.
MTs Kholid Bin Walid Bangkes
Kec. Kadur Kab. Pamekasan memiliki letak yang strategis karena berada di
pedesaan yang letaknya ada di jalan menuju kecamatan sehingga memudahkan siswa
untuk membawa alat transportasi ke madrasah dan berada sangat jauh dari
keramaian kota sehingga menjadikan suasana belajar yang lebih tenang dan lebih
kondusif.
A. Paparan Data Dan Temuan Peneliti
1.
Kinerja
Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Adapun
peneliti memilih untuk meneliti kinerja guru dengan alasan ingin mengetahui
sejauh mana guru mampu melaksanakan amanahnya sebagai tenaga pendidik di
lembaga tersebut.
Kinerja
merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai guru dalam suatu organisasi (madrasah), sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan madrasah
dalam upaya mencapai visi, misi, dan tujuan madrasah bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Hal
tersebut dijelaskan oleh Bapak Jailani, S.Si selaku Kepala Madrasah di MTs
kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau
sebagai berikut:
“Menurut saya kinerja guru di MTs Kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sudah bagus, karena sudah menjadi figur yang baik
dan menjadi contoh semuanya, baik dari tingkah laku, perkataan, segi pelajaran,
dan lain sebagainya yang dirasakan oleh siswa. Bahkan guru sudah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga materi bisa tersamkan semua dan
siswa juga dapat menyerap materi dengan baik hal itu akan menambah
berkembangnya prestasi Siswa dengan baik di masa yang akan datang sehingga bisa menambah meningkatnya kulitas
guru yang ada di lembaga ini dan bisa menambah meningkatnya mutu pendidikan di lembaga
ini dan out put yang dihasilkan juga baik semua ini akan terjadi manakala ada
kerja sama yang baik antara seluruh mekanisme yang ada di lembaga ini.”[2]
Hal
senada juga disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag selaku Guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Menurut saya kinerja guru itu
berhubungan dengan profesi saya sebagai guru yang mana harus mengikuti semua
aturan yang ditentukan oleh lembaga dan melaksanakan semua kewajiban-kewajiban
yang menjadi tanggung jawab sebagai tenaga profesi di madrasah ini seperti
halnya perangakat pembelajaran dan lain sebagainya, dan saya sebagai guru harus
memiliki prilaku, perkataan, dan ucapan yang baik karena saya menajdi figur
ataupun contoh yang baik bagi semua siswa di madrasah ini dan yang tak kalah
pentingnya adalah semua guru sudah bisa membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) bahkan sudah harus punya perangkat tersebut karena hal itu sangat
penting karena dari situlah guru bisa diketahui bagus tidaknya metode yang
digunakan oleh guru karena metode itu sangat penting untuk membawa dunia siswa
kedunia guru tersebut sehingga dengan metode tersebut dengan mudah diserap
dipahami dan mudah dimengerti oleh siswa atas materi yang disamkan oleh guru.[3]
Bapak Musyiri Karim, M.Pd juga menyatakan dalam petikan wawancara
dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut
saya, perencanaan pembelajaran yang guru buat akan
menentukan kepada berhasil tidak-nya guru dalam mencapai pembelajaran yang
dilakukannya. Jadi menurut saya perencanaan dan perangkat itu sangat penting
sekali.”[4]
Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I juga menyamkan hal yang
sama terkait dengan kinerja guru dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai
berikut:
“kami melakukan penyusunan perencanaan
pembelajaran itu macam-macam, tapi umumnya di awal semester, tapi
sebagiannya sudah dapat melakukan penyusunan perencanaan sesuai dengan waktu
penyampain materinya, artinya apa yang akan diajarkan baru disusun
perencanaannya.”[5]
Hal
ini juga disamkan
oleh Darmayanti
selaku
siswa kelas VIII dalam hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
Dari
hasil wawancara di atas jelas bahwa guru-guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes
Kadur Pamekasan sangat menyadari pentingnya perencanaan pembelajaran bagi
keberhasilan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru. Dan dari hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap penggunaan perangkat pembelajaran dalam
proses pembelajaran di kelas yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 19 April
2018, terbukti pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran dengan lengkap, guru
sudah mempersiapkan perangkat pembelajaran dan mereka membawanya ketika masuk
ke dalam kelas.[7]
Hal
ini diperkuat oleh dukumentasi bahwa dalam
setiap mata pelajaran, perencanaan harus selalu dibuat oleh guru dalam arti lain suatu rencana pembelajaran yang harus
dikuasai guru sebelum perencanaan dimulai atau dilaksanakan. Penyusunan perencanaan pembelajaran
dimaksudkan untuk menyatukan ketrampilan atau kemampuan guru dalam menyiapkan
materi pembelajaran, merencanakan strategi dan merencanakan evaluasi
pembelajaran.
Gambar kegiatan belajar mengajar di MTs
kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Adapun
kinerja guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan secara umum sudah
baik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Hal
ini disamkan oleh Bapak Jailani, S.Si selaku kepala madrasah di MTs kholid Bin
Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara sebagai berikut:
“Menurut saya, kinerja guru sudah bagus
cuman yang namanya saya sebagai manager sebagai kepala madrasah atau pengelola tidak
boleh merasa puas bagi manager itu harus merasa kurang dan kurang untuk semakin
meningkatkan kinerja-nya demi kemajuan lembaga ke depan, secara umum
beliau-beliaunya itu sudah bagus karena kebetulan beliau (guru) senior disini,
namun ada yang belum bisa disempurnakan beliau yaitu seperti membuat perangkat
beliau itu mulai dulu belum pernah membuat perangkat cuma baru-baru ini namun
beliau itu sudah berusaha untuk membuat perangkat tersebut walaupun sedikit
banyak masih minta bantuan kepada orang lain dan saya sebagai kepala madrasah
selalu mewanti-wanti kepada semua guru karena perangkat itu sangat penting demi
terorganisasinya waktu dengan baik di dalam kelas.”[8]
Adapun
kinerja guru yang baik itu harus dimiliki oleh setiap guru sebagai tenaga
profesi yang bisa dipertanggungjawabkan demi meningkatnya mutu pendidikan.
Hal
ini disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag. selaku guru di MTs kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Saya tidak berhak menilai diri saya
baik namun menurut saya sendiri kalau di nilai dari segi keaktifan dan kerajinan
datang ke madrasah atau mengajar di kelas saya sudah melakukannya semaksimal
mungkin karena hal itu sudah menjadi kewajiban bagi saya yang telah diberikan
amanah oleh lembaga yang harus saya tunaikan dengan baik yang berlandaskan
keikhlasan di hati demi mendapatkan ridha dari Allah SWT. Hal lain dari itu di
luar kemampuan saya, namun saya akui saya itu bukan malaikat saya hanyalah
manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan yang mana terkadang saya
terlambat datang ke lembaga, terkadang waktu mengajar terbuang sia-sia,
penggunaan waktu yang terorganisasi dengan baik mungkin hanya itu yang bisa
saya samkan.”[9]
Hal
yang sama juga di samkan oleh Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I selaku guru di MTs
kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau
sebagai berikut:
“Kalau saya pribadi masih merasa kurang
atas yang saya lakukan untuk lembaga demi meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan di lembaga ini, akan tetapi kalau tinjau dari segi keaktifan dalam
datang ke lembaga dan mengajar di kelas alhamdulillah saya bisa melaksanakan
dengan maksimal selama saya bisa melaksanakannya lain dari hal itu di luar
kemampuan saya karena setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing termasuk saya sendiri.”[10]
Hal
senada juga disamkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd selaku guru di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai
berikut:
“Saya selalu berusaha memberikan yang
terbaik untuk lembaga dengan cara menjalankan semua parintah dan aturan serta
kewajiban-kewajiban yang pikul serta datang tepat waktu ke lembaga, memberikan
ilmu pengetahuan yang baik kepada siswa, memberikan contoh yang baik terhadap
siswa dalam segi ucapan perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran
Islam, namun yang namanya manusia tidak ada yang sempurna dan pada hakikatnya
manusia hanya bisa berusaha dan berdoa serta tawakkal kepada Allah swt.”[11]
Aprilianti Hasan selaku kelas VIII Hasan juga menyatakan dalam
hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
“Kalau menurut
saya sendiri kak, semua guru di lembaga ini sudah baik, baik dari segi ucapan,
perbuatan, dan tingkah lakunya, baik dari segi mengajarnya, baik dari segi
penyampaian materinya khususnya guru
yang mana beliau semua senior dari pada guru-guru yang lain sehingga siswa
yang lain mudah sekali dalam memahami semua yang disamkannya karena beliau itu
orangnya sangat telaten dalam mendidik siswanya mungkin itu yang saya tahu kak
kurang dan lebihnya mohon maaf.”[12]
Adapun peneliti ketika terjun langsung ke
lapangan ditemukan data bahwa kinerja
guru secara keseluruhan sudah baik, guru datang sebelum bel masuk berbunyi
beliau sudah stand bay di kantor atau ruang guru hal itu menandakan
kedisplinan guru dan ketika peneliti meminta izin untuk mengikuti pelajaran
secara langsung juga ditemukan data bahwa ucapan, perbutan dan tingkah laku
dari guru tersebut memang sudah sangat baik hal itu menandakan seorang guru tersebut memiliki
etika dan akhlak yang baik dan bisa menjadi suri tauladan atau contoh yang baik
bagi siswa.[13]
Setiap
guru harus memiliki cara tersendiri dalam meningkatkan kinerja sebagai guru dan
sebagai tenaga pengajar agar cara mengajarnya tidak stagna seperti membuat
perangkat pembelajaran karena hal ini akan memberikan efek positif pada
perkembangan prestasi siswa.
Diperkuat
oleh Bapak Jailani, S.Si selaku kepala madrasah di MTs kholid Bin Walid Bangkes
Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Adapun usaha pertama yang saya
lakukan dalam meningkatkan kinerja guru atas nama kepala madrasah di lembaga
ini, saya menegaskan bahkan mewanti-wanti kepada semua guru tak terkecuali
guru untuk membuat bahkan harus memiliki
perangkat pembelajaran sebelum mengajar di kelas dan saya harus tahu seperti
apa hasil perangkat dan isi perangkatnya karena perangkat itu adalah
rambu-rambu bagi guru sam dimana beliau mengajar dan agar waktu yang di berikan
lembaga tertata dengan terorganisir dengan sehingga segala sesuatu yang mau di
samkan terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kedua, yaitu
pengadakan evaluasai setiap bulan satu kali dari sisi kerajinan saya utarakan
semuanya si A 60% si B 80 si C 30%
karena setiap guru itu punya absensi kemudian saya menguji guru tapi itu
hanya dilakukan satu smester satu kali setiap guru dikasih jadwal supervisi
untuk diuji bagaimana cara mengajar guru dan bagaimana daya tanggap siswa saya
upaya seperti itu hal itu semata-mata untuk meningkatkan kinerja guru dan caan
siswa.”[14]
Adapun
wawancara di atas
juga diperkuat oleh Bapak Suharjo, S.Ag dalam hasil wawacara dengan beliau
sebagai berikut:
“Kalau menurut
saya yaitu terus berusaha sebaik mungkin antara lain yang pertama setiap guru
memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi seperti kerajinannya harus
lebih ditingkatkan dalam masuk madrasah yang kedua melaksanakan yang
diperintahkan oleh lembaga seperti membuat perangkat pembelajaran karena
perangkat tersebut sangat penting untuk memanage waktu dengan baik sehingga
bisa menggunakan waktu seefesien mungkin sehingga semua materi bisa tersamkan
dan juga dapat diserap oleh siswa dan ketika ada pertanyaan dari kepala madrasah
semua siswa bisa menjawab dengan tegas dan benar.”[15]
Hal
yang sama juga disamkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai
berikut:
“Kalau menurut
saya sendiri usaha yang harus dilakukan adalah memberikan yang terbaik untuk
lembaga pendidikan khususnya di lembaga
MTs Kholid Bin Walid ini dan juga memberikan yang terbaik untuk siswa dengan
ilmu pengetahuan yang banyak khususnya dalam pendidikan Islam Karena itu mendasar dalam diri siswa
tersebuat setelah menginjak dewasadan yang tak kalah pentingnya bagi guru
khususnya saya sendiri adalah membuat perangkat pembelajaran dengan hal
tersebut saya bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan semua yang saya
ajarkan bisa terselesaikan dengan baik sekaligus siswa juga memahaminya dengan
baik apa yang telah saya samkan.”[16]
Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I juga memperkuat penyataan
di atas dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut saya
pribadi. Usaha guru dalam meningkatkan kinerjanya adalah usaha yang terbaik
yang dilakukan oleh guru apa lagi sama membuat siswa berprestasi itu luar bisa
namun jangan pernah merasa puas dengan caan yang telah di dapat oleh siswa,
akan tetapi terus dan teruslah berikan sumbangsih yang terbaik demi menciptakan
insan kamil namun kita harus sadari bahwa itu semua tidak terlepas dari
menejemen madrasah yang baik. Sedangkan dalam kinerja tersebut pasti ada faktor-faktor
penupangnya yang mempengaruhinya seperti sikap mental, pendidikan yang baik,
keterampilan, gaji dan kesehatan, dan jaminan sosial semua ini akan menjamin
peningkatan kualitas kinerja guru khususnya saya sendiri.”[17]
Hal tersebut di atas juga disamkan oleh siswa kelas IX
Emilia Sabrina dalam hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
“Kalau menurut
saya sendiri kak, semua guru disini itu cara ngajarnya sudah bagus dan ketika
menyamkan materi juga sudah baik kalau saya sendiri Alhamdulillah bisa menyerap
apa yang telah guru samkan di depan kelas dan kebanyakan semua teman-teman bisa
memahami apa yang di jelaskan oleh guru walapun masih ada satu atau dua teman
saya yang belum mengerti mungkin dia itu tidak mendengakan waktu guru
menjelaska di depan kelas.”[18]
Dari
hasil wawancara
dan observasi di atas
dapat diketahui bahwa ketika
Guru mengajar membawa perangkat pembelajaran hal ini merupakan salah satu upaya
atau usaha dari guru untuk memperbaiki cara mengajar yang lama menuju ke hal
yang baru yaitu cara mengajar yang lebih baik dan praktis padat singkat dan
jelas. Materi pelajaran dapat tersampaikan secara jelas dan juga sudah
diupayakan sesuai dengan hirarki belajar dan mengaitkan materi ajar tersebut
dengan realitas kehidupan. Dan berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
ketika guru mengajar, memang terlihat dengan jelas upaya dan usaha guru
tersebut dalam menyampaikan materi ajar tersebut.
[19]
Hal ini diperkuat oleh dukumentasi penilti bahwa, Secara garis besar, Materi pembelajaran
berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari
siswa. Berikut
hasil dokumentasinya:
Gambar kegiatan belajar mengajar di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Berdasarkan hasil wawancara, obeservasi, dan dokumentasi peneliti
menemukan bahwa kinerja guru di
MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
sebagai berikut:
a. Guru mepersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
b. Guru menyediakan alat perangkat pembelajaran.
c. Disiplin dan tepat waktu
d. Menjadi suri
tauladan bagi siswanya
2.
Faktor
Pendukung Kinerja
Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Adapun faktor pendukung dalam meningkatkan kinerja
guru dalam hal ini Bapak jailani, S.Si menyatakan dalam hasil wawancara dengan
beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut saya
faktor pendukung tersebut adalah dari segi fasilitas kalau guru dalam sisi
pembelajaran sudah dibelikan alat-alat praktek dan juga tempat-tempat praktek
sudah ada Mushalla sudah ada dan tempat wudhu’ juga sudah ada namun pendukung
yang tidak kalah pentingnya adalah seperti honor alhamdulillah guru-guru yang
ada disini terutama guru sudah diupayakan bersertifikasi sehingga tidak
terlambat lagi tidak terhambat lagi untuk datang ke lembaga saya kasih transpot
walaupun sudah bersertifikasipendukung yang lain untuk meningatkan mutu
pendidikan yaitu khusus guru saya
ikutkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) jadi setiap setengah bulan itu
kalau sekarang masih satu bulan sekali saya ikutkan untuk meningkatkan kinerja
guru dan mutu guru dalam mengajar terutama guru mata pelajaran Islam dan juga masukan-masukan dari pihak
yayasan yang sering kali memberikan bimbingan kepada beliau-beliau yang
notabenenya sebagai guru pendidikan
Islam.”[20]
Hal
tersebut di atas juga disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag selaku guru Mata
Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam
petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Adapun faktor
pendukung paling utama menurut saya adalah untuk mengharap ridha Allah swt.
Sedangkan faktor pendukumg kedua yaitu saya sebagai guru sertifikasi diberikan
hadiah oleh pemerintah sebagai penghargaan walaupun hanya ala kadarnya dengan
harapan dan tujuan untuk meningkatkan kinerja saya yang memiliki profesi
sebagai guru serta faktor yang mendukung
yaitu ada fasilitas yang memadai bagi guru
khususnya seperti tempat wudhu’, mushalla tempat praktek dan alat-alat
yang lain yang bisa mendukung kinerja guru
di lembaga ini.”[21]
Hal
hal senada juga di samkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd selaku guru Mata
Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan
wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“kalau menurut saya faktor pendukungnya
itu memang ada yaitu berupa fasilitas yang seadanya di lembaga khusus seperti
tempat wudhu’ mushalla dan lain-lain yang
pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah seperti honor alhamdulillah
guru-guru yang ada disini terutama saya selaku guru sudah bersertifikasi meskipun sudah
sertifikasi saya dikasih uang transport cuma tidak dikasih honor karena saya
sudah di gaji oleh pemerintah, kemudian saya juga di ikutkan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) untuk meningkatkan kinerja saya sebagai pendidik di
lembaga ini.”[22]
Hal
hal senada juga di samkan oleh Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I selaku Guru Mata SKI
di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan
beliau sebagai berikut:
“Menurut saya sendiri faktor pendukung
yang paling dominan adalah fasilitas yang sangat memadai karena hal ini bisa
menunjang dari segi semua seperti proyektor dan layarnya terus alat-alat
praktek dan tempat-tempat praktek seperti kamar mandi mushalla dan sebagainya
itu semua saya yakin bisa membantu memudahkan guru dalam mengajar khususnya
saya sendiri kalau memakai proyektor dan siswa bisa sangat mudah dan lebih
cepat untuk memahami materi ajar yang di samikan oleh semua guru khususnya saya
pribadi.”[23]
Adapun berkenaan dengan fasilitas yang ada di lembaga
dinyatakan juga oleh Siti Nurhayati siswa kelas IX dalam hasil wawancara dengannya
sebagai berikut:
“Kalau menurut
saya fasilitas itu sangat mendukung sekali bagi saya dan teman-teman saya dan
Alhamdulillah ada seperti alat-alat untuk praktek tempat wudhu’ dan mushalla
juga ada akan tetapi kalau masalah proyektor dan layarnya ada tapi minim sekali
sehingga dari minimnya itu semua guru tidak menggunakan proyektor akan tetapi
menggunakan fasilitas seadanya di lembaga.”[24]
Setelah
peneliti melakukan observasi ke lapangan ditemukan data bahwa fasilitas untuk
guru sudah ada seperti kamar mandi, tempat untuk mengambil wudhu, dan Mushalla
dan yang lainnya seperti alat-alat praktek dan juga yang tak kalah pentingnya
data tersebut adalah proyektor akan tetapi masih minimdan faktor pendukung yang
lain yaitu beliau guru sudah
bersertifikasi semua.[25]
Berdasarkan
hasil wawancara, obeservasi, dan dokumentasi peneliti menemukan bahwa Faktor Pendukung Kinerja guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur
Pamekasan sebagai berikut:
a.
Sarana dan prasarana kelas seperti alat-alat praktek
dan proyektor.
b.
Fasilitas untuk guru seperti kamar mandi, tempat untuk
wudhu, dan Mushalla sudah disediakan oleh pihak sekolah
3.
Faktor
Penghambat Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Penerapan
proses pembelajaran
tentu tidak akan lepas dari beberapa hambatan yang terjadi di lapangan. Begitu
juga dengan keberhasilan
guru dalam
proses
pembelajaran. Hambatan-hambatan
ini terjadi mungkin karena manajemen kelas adalah suatu hal komplek atau
menyangkut semua unsur pendidikan. Sehingga untuk menyatukannya juga merupakan
hal yang tidak mudah. Butuh proses dan perjuangan dalam implementasiannya.
Adapun
faktor penghambat dalam meningkatkan kinerja guru dalam kesempatan ini Bapak
Jailani, S.Si menyatakan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Ada berbagi macam faktor yang dapat
menghambat keberhasialan guru, diantaranya adalah jika ada kegiatan yang harus
meninggalkan jam pelajaran sehingga berakibat pada melesetnya target pelajaran
yang akan dicapai, kurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugasnya, kelas
yang mendapat jam terakhir yang terkadang siswa merasa lelah dan semangat
belajar yang sudah berkurang”.[26]
Hal yang sama juga disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag dalam petikan
wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Adanya siswa
yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan kelas yang tingkat
kemampuannya minim, yang akibatnya materi yang disampaikan agak molor
dibanding kelas yang lain”.[27]
Hal lain yang disampaikan oleh bapak Mohammad Ma'ruf beliau menyampaikan
sebagia berikut:
“Ketika kegiatan belajar
mengajar dimulai ada sebagian siswa yang tidak bias diatur sehingga bagi saya
menjadi penghambat dalam kegiatan belajar”.[28]
Selanjutnya ibu Afifatul
Qamariyah menuturkan sebagai berikut:
“Siswa disini
banyak yang nakal mas, bahkan sulit untuk diatur, sehingga kami para guru
merasa kesulitan mencari solusi agar siswa tidak nakal lagi”.[29]
Dari
keterangan diatas, terdapat bebrapa hal yang menghambat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah
beberapa kegiatan yang menyita jam pelajaran, pelajaran yang mendapat jam
terakhir, dan sebagian siswa
nakal bahkan tidak bisa diatur.
Peneliti
melakukan observasi secara langsung ke lapangan menemukan data bahwa ada sebagian guru yang datang
terlambat ke lembaga setelah peneliti bertanya langsung kepada beliau ternyata
ada sedikit masalah pada kendaraan yang sedang beliau bahwa yaitu ban sepedanya
meletus sehingga beliau datang terlambat ke madrasah, beliau juga mengatakan
kalau beliau sudah berangkat sekitar jam 06:20.[30]
Sebagaimana hal ini disampaikan oleh Bapak Musyiri
Karim M.Pd dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Ya, bagi saya pribadi mas, faktor penghambat dalam kinerja guru
adalah jarak tempuh yang sangat jauh
sehingga saya sering terlambat datang kelembaga”.[31]
Hal senada juga diperkuat dan disampaikan oleh Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I dalam
petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Memiliki kesibukan-kesibukan di rumah
sehingga terkadang lambat datang ke madrasah dan juga yang menjadi penghambat
bagi guru adalah permaslahan yang ada di
rumah di bawa ke madrasah”.[32]
Yang
memengaruhi kinerja guru adalah gaji. Setiap orang yang memperoleh gaji tinggi,
hidupya akan sejahtera. Orang akan bekerja dengan penuh antusias jika
pekerjaannya mampu mensejahterakan pekerjaannya. Begitu pula sebaliknya.
Bagaimana mungkin seorang guru dapat bekerja secara profisional jika berangkat
dari rumah sudah dipusingkan dengan kebutuhan rumah tangga. Begitu sampai di
kelas, pengalaman
belajar yang diberikan kepada siswa tidak akan bekualitaas. Bahkan, tidak
menutup kemungkinan gaya mengajar yang ditampilkan guru bukannya mengembangkan
potensi siswa malah justru mematikan potensi siswa.
Sebagaiman yang diungkapkan oleh Bapak Taufik Hidayat dalam petikan wawancara
dengan beliau sebagai berikut:
“Menurut saya
faktor penghambat adalah gajinya terlalu minim, makanya saya datang terlambat
bahkan saya sering terlambat, kepala sekolah pun tahu kalau saya datang sering
terlambat, keterlambatan saya disebabkan
ada urusan lain dan semua teman-teman guru yang lain sudah tahu”.[33]
Hal lain yang disampaikan oleh bapak Faisol Ansori
beliau menyampaikan sebagia berikut:
“Bagi saya mas,
berhubung saya disini sukwan maka saya menerima apa adanya (gaji), besar
kecilnya gaji itu ketentuan lembaga, yang hal itu harus saya syukuri”.[34]
Hal
hal senada juga di samkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd selaku guru Mata
Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai
berikut:
“Kami mengajar bukan sekedar
mengharap pahala akan tetapi kami mengajar juga mencari nafkah (gaji) untuk
keluarga, gaji yang tak seberapa itu malah sering tidak tepat waktu bahkan
sering terlambat.[35]
Berdasarkan
hasil wawancara, obeservasi, dan dokumentasi peneliti menemukan bahwa Faktor Penghmabat Kinerja Guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur
Pamekasan sebagai berikut:
a.
Tingkat kecerdasan siswa dan Kurang sadaran
siswa dalam memenuhi tugasnya.
b.
Jarak tempuh guru dan lembaga jauh sehingga sebagian
guru datang terlambat.
c.
Kesejahtraan (gaji) guru minim.
B.
PEMBAHASAN
1.
Kinerja
Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik,
guru memerlukan kemampuan. Dalam hal ini, kompetensi guru merupakan kemampuan
atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya adalah
kemampuan guru dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari (learning
what to be learnt), melainkan guru dituntut mampu menciptakan pembalajaran
agar anak dapat mengembangkan kompetensinya.
Kompetensi keterampilan proses belajar mengajar
adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Kompetensi yang dimaksud meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Sedangkan kompetensi penguasaan pengetahuan adalah
penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman
pengetahhuan. Kompetensi yang dimaksud meliputi pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi
pengembangan potensi peserta didik, dan penguasaan akademik.[36]
Setiap guru mempunyai
pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Cirri-ciri
inlah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadin sebenarnya
adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat dari penampilan,
tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak
(ma’nawi), sukar dilhat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui
adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya
dalam tindakannya, ucapn, cara bergaul,baik yang ringan maupun yang berat.
Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna
demikian, seluruh sikap dan perbuatan seorang merupakan sutau gambaran dari
kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik
sering dikatakan bahwa seorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau
berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seorang melakukan perbuatan yang tidak baik
menurut pandangan masyarakat maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian
yang baik atau mempunyai akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah
kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan
seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.[37]
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh
bagi anak. Anak pertama kali melihat, mendengar dan bersosialisasi dengan orang
tuanya. Ini berarti bahwa ucapan dan perbuatan orang tua akan di contoh anak
anaknya. Dalam hal ini pendidik menjadi contoh terbaik dalam pndangan anak. Apa
yang menjadi perilaku orang tua akan ditirunya.
Jika orang tua sebagai pendidik berperilaku jujur, dapat dipercaya,
berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang , anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia,
menjadi anak yang pemberani, dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan
yang dilarang . Namun jika pendidik suka berbohong, khianat, durhaka, kikir,
penakut, hidup dalam kehinaan, maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, suka khianat,
kikir, penakut, dan hidup dalam kehinaan.
Disiplin adalah bentuk ketaatan
serta pengendalian diri secara sadar, rasional, dan tidak memaksakan perasaan
sehingga tidak emosional. Sumber lain menyatakan bahwa disiplin adalah suatu
perbuatan yang taat, tertib akan aturan serta norma dan kaidah yang berlaku
baik dimasyarakat atau ditempat kerja.
Disiplin mempunyai tiga macam
sifat, yaitu disiplin preventif, disiplin korektif dan disiplin
progresif. Disiplin guru
diharapkan bisa menerapkan ketiga
macam sifat tersebut.
1.
Disiplin preventif merupakan tindakan dari sumber
daya manusia yang mempunyai dorongan untuk mentaati standar serta peraturan
yang ada. Tujuan dari disiplin preventif ini adalah untuk mendorong SDM supaya
mempunyai disiplin pribadi yang tinggi agar tugas kepemimpinan tidak terlalu
berat.
2.
Disiplin korektif merupakan tindakan yang
dilaksanakan sesudah terjadi pelanggaran. Tindakan ini untuk mencegah munculnya
pelanggaran lebih lanjut dengan cara memberi hukuman
atau tindakan disipliner.
3.
Disiplin progresif merupakan tindakan disipliner
berulang-ulang yang berupa hukuman makin berat.[38]
Kedisiplinan guru akan memotivasi belajar siswa yang akan
berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian pula sebaliknya jika guru
tidak disiplin mungkin murid akan malas sehingga berpengaruh pada hasil
belajar. Untuk itu, disiplin guru dituntut untuk dalam hal waktu mengajar
supaya tujuan yang diharapkan bisa dicapai dengan baik.
Sebagai seorang guru kita harus mampu menciptakan suasanan
yang menyenangkan ssat pelajaran di kelas. Apabila guru mengajar dengan cara yang membosankan maka akan
menimbulkan kesulitan dalam menanamkan disiplin pada siswa. Selain itu guru
yang kurang disiplin juga akan memberikan dampak yang buruk bagi siswa. Jika
guru ingin membuat siswanya disiplin, maka guru tersebut juga harus menerapkan
sikap disiplin pada dirinya sendiri.
Mananamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas seorang
guru. Untuk menanamkan kedisiplinan
siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah kita dapat
mendisiplinkan orang lain. Sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan
keharmonisan. Seorang guru tidak akan efektif mengajar apabila ia sendiri tidak
mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa, dan seorang guru tidak akan hidup dengan norma pancasila bila dia tidak
meyakini dan menghayatinya.
Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan
dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya
sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru
atau tenaga kependidikan , merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau
teladan, dan sikap disiplin guru akan memberikan warna terhadap hasil
pendidikan yang jauh lebih baik.
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidupp dan
kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai
pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai,
untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan akan
keguruan, sebab saat itu banyak terjadi erosi
sopan santun dan erosi disiplin.
Madrasah merupakan salah satu faktor dominan alam membentuk
dan memengaruhi prilaku siswa. Di madrasah siswa berinteraksi dengan para guru
yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para
guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap
masuk begitu dalam ke dalam hati siswa, dan dampaknya kadang-kadang melebihi
pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap
dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan
bagian dari upaya pendisiplinan siswa di madrasah. Semua bentuk ketidak
disiplinan siswa di madrasah tentunya memerlukan upaya penanggulangan dan
pencegahan.
Adapun beberapa uapaya yang dapat dilakukan oleh madrasah antara
lain ;
1. Guru hendaknya bisa menjadi contoh
dalam berdisiplin, misalnya tepat waktu dattang ke kelas saat jam pelajaran
sudah dimulai. Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya
sendiri juga tidak disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan
jam karet, molor dan selalu terlambat masuk kelas.
2.
Memberlakukan
peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti, dan
mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar.
3.
Secara
konsisten para guru terus mensosialisasikan kepada siswa tentang pentingnya
disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal, melalui pembinaan
dan yang lebih pentinglagi melalui keteladanan.[39]
Disamping itu, seorang guru seharusnya juga memiliki
kesabaran yang baik sehingga mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Membantu siswa meningkatkan standar
perilaku, karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Jelas mereka akan
memiliki standar perilaku tinggi, bahkan ada yang memiliki standar perilaku
yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh para guru dan
berusaha untuk dapat meningkatkan standar tersebut, baik dalam proses belajar
mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnys.
2.
Menggunakan
pelaksanaan aturan sebagai alat. Peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung
tinggi dan dilksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
3.
Memberikan
contoh perlaku disiplin agar siswa dapat membedakan mana perilaku disiplin dan
yang tidak disiplin.
4.
Lebih
menekankan disiplin preventif untuk medorong para siswa agar mengikuti berbagai
standard an aturan. Sehingga tindakan tidak disiplin dapat dicegah. Tujuannya
adalah untuk menanamkan disiplin pada diri siswa. Dengan cara ini diharapkan
siswa mampu menamkan disiplin pada diri masing-masing siwa dengan suka rela
tanpa ada paksaan.[40]
2.
Faktor
Pendukung
Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu
tolok ukur dari mutu madrasah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan
prasarana yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik untuk itu diperlukan pemahaman dan
pengaplikasian manajemen sarana dan prasarana pendidikan permadrasahan berbasis madrasah. Bagi pengambil kebijakan di madrasah pemahaman tentang sarana dan
prasarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan
dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada
sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan pendidikan.
Selanjutnya A. Tabrani Rusyan dkk menyatakan bahwa untuk mendukung
keberhasilan Kinerja guru.[41] Maka perlu berbagai faktor yang mendukung, di antaranya:
1.
Motivasi Kinerja Guru
Dorongan
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru sebaiknya muncul
dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari luar juga dapat juga
memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang diberikan dari kepala
sekolah kepada guru.
2. Etos Kinerja Guru
Guru memiliki
etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam melaksanakan proses belajar
mengajar dibandingkan dengan guru yang tidak ditunjang oleh
etos Kinerja. dalam melaksanakan tugasnya gurumemiliki etos yang
berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh guru, karena:
a.
Pergeseran waktu yang mengakibatkan segala sesuatu dalam
kehidupan manusia berubah dan berkembang.
b. Kondisi yang terbuka untuk menerima
dan menyalurkan kreativitas.
c. Perubahan lingkungan terutama bidang
teknologi.
3. Lingkungan Kinerja guru
Lingkungan
kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas secara efektif dan
efisien, meliputi:
a.
Lingkungan social-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan
harmonis antarguru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala
sekolah, dengan staf TUdapat menunjang berhasilnya Kinerja guru.
b. Lingkungan fisik,
ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: (1) Ruangan harus bersih, (2) Ada ruangan khusus untuk kerja, (3)
Peralatan dan perabotan tertata baik, (4) Mempunyai penerangan yang baik, (5)
Tersedia meja kerja yang cukup, (6) Sirkulasi udara yang baik, dan (7) Jauh
dari kebisingan.
4. Tugas dan tanggung jawab guru
a. Tanggung jawab
moral, guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika
yang sesuai dengan moral Pancasila.
b. Tanggung jawab dan proses
pembelajaran di sekolah, yaitu setiap guruharus menguasai cara
pembelajaran yang efektif, mampu membuat persiapan mengajar dan memahami
kurikulum dengan baik.
c. Tanggung jawab guru di
bidang kemasyarakatan, yaitu turut mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk
itu guru harus mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.
d. Tanggung jawab guru di
bidang keilmuan, yaitu guru turut serta memajukan ilmu dengan
melaksanakan penelitian dan pengembangan.
e. Optimalisasi kelompok
kerja guru.
Kinerja guru yang efektif dan efisien akan
menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh, yaitu lulusan yang berdaya guna
dan berhasil guna sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, Kinerja gurudalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan sebagai
upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi lebih baik, yang berdasarkan
kemampuan bukan kepada asal-usul keturunan atau warisan, juga menjunjung tinggi
kualitas, inisiatif dan kreativitas, kerja keras dan produktivitas.
Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai
jabatan fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang
lebih erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya.
Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam
bidang pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional
yang selalu dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani Rusyan
dkk, menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan global
sekolah perlu menerapkan budaya Kinerja dalam proses
pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
- Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa.
- Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran.
- Mendorong lahirnya “Sumber Daya Manusia” yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
- Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.
- Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam proses pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran.
- Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi.
- Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.
- Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan kepada ijazah.
- Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yang lebih demokratis.
- Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik.
- Membudayakan sikapn kerja keras, produktif, dan disiplin.[42]
Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada kompetensi Kinerja guru,
yaitu:
- Menguasai bahan yang akan diajarkan.
- Mengelola program belajar mengajar.
- Mengelola kelas.
- Menggunakan media/sumber pelajaran.
- Menguasai landasan-landasan kependidikan.
- Mengelola interaksi belajar mengajar.
- Menilai prestasi siswa.
- Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
- Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
- Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.[43]
Pemikir, perencana, pengelola. dan pelaksana proses
pembelajaran berada ditangan guru, maka guru harus sadar diri,
sadar tujuan, dan sadar lingkungan, karena kesadaran merupakan modal dasar
sebagai pengembang budaya Kinerja.
Budaya Kinerja guru menurut A. Tabrani Rusyan dkk adalah suatu pola sikap dan pola perilaku
serta perbuatan yang sesuai dengan tata aturan atau norma yang telah
digariskan. Menerapkan budaya Kinerja bagi guru dalam
kegiatan pembelajaran, mampu meningkatkan tugas dan
pekerjaan guru dalam bertindak dan berpikir lebih aktif dan kreatif.[44]
3.
Faktor
Penghambat Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Selama ini madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan
Islam yang mutunya lebih rendah daripada mutu lembaga pendidikan lainnya,
terutama sekolah umum, walaupun beberapa madrasah justru lebih maju daripada
sekolah umum. Namun, keberhasilan beberapa madrasah dalam jumlah yang terbatas
itu belum mampu menghapus kesan negatif yang sudah terlanjur melekat.
Ditinjau dari segi penguasaan, mutu siswa madrasah lebih
rendah daripada mutu santri pesantren. Sementara itu, ditinjau dari penguasaan
materi umum, mutu siswa madrasah lebih rendah daripada sekolah umum. Jadi,
penguasaan baik pelajaran maupun materi
umum serba mentah (tidak matang)
Dari segi manajemen, madrasah lebih teratur daripada
pesantren tradisional, tetapi dari segi penguasaan pengetahuan, santri lebih
mumpuni. Keadaan ini wajar terjadi karena santri tersebut hanya mempelajari
pengetahuan , sementara beban siswa madrasah berganda. Demikian juga, menjadi
wajar ketika dalam hal penguasaan pengetahuan umum, siswa sekolah umum lebih
unggul menguasai daripada siswa madrasah karena beban siswa sekolah umum tidak
sebanyak siswa madrasah.
Dalam
penelusuran sejarah keguruan, guru dapat dikata sebagai pilar penyelenggara pemerintahan dengan jumlah jutaan personal, guru dalam
menyampaikan ilmu tidak semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Artinya guru tidak hanya sekedar menampaikan ilmu
yang bersifat verbalistik fisik, melainkan unsur psikologis juga ikut andil
besar dalam mencapai tujuan. Disinilah unsur osikologis hendaknya sama atau
mendekati kesamaan antara guru dan siswa, dan hal ini tidak mudah untuk
disatukannya.
Bagaimanapun guru adalah sumber belajar yang paling
baik jika dibandingkan dengan sumber belajar lainnya. Argumentasi riilnya
adalah guru mempunyai ikatan emosional secara langsung dengan siswanya dengan
bentuk kontak batiniah, sedangkan sumber belajar lainnya hanya sekedar motivasi
lahiriah semata. Namun demikian, kita tidak boleh menafikkan pentingnya sumber
belajar tersebut.
Guru dalam menjalankan programnya membutuhkan media
pengajaran yang dapat mendukung dalam proses membina akhlak yang
meliputi pertama, media pengajaran akhlak yang terdiri dari:
1. Pengarahan berarti memberi nasehat pada
siswa yang berbuat tidak baik.
2. Bimbingan yang dimaksud adalah guru mampu
menggambarkan kondisi psikologis siswa sebagai manusia untuk memperoleh
pengetahuan yang dapat dilihat, diselidiki, dan diukur sehingga sampai pada
suatu kesimpulan.
3. Keteladanan siswa hidup mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan terkait dengan hal yang kongkrit
seperti; kecilnya tubuh menjadi besar seiring dengan waktu, sedangkan
perkembangan terkait dengan yang abstrak semisal; kematangan berfikir,
emosional, minat, bakat, dan semua potensi yang dimilikinya.[45]
Dari tiga langkah diatas menunjukkan bahwa siswa
adalah manusia yang perlu dibantu kondisi psikologisnya untuk mencapai
kecerdasan emosional, mental, spiritualnya. Adapun macam-macam media abstrak adalah:
pembiasaan, pujian, hukuman, perintah, larangan. Sedangkan media kongkrit
terdiri dari: media grafis, media proyeksi, media audio (visual, auditif,
taktil, olfaktoris, gustatif, kombinatif).
Pengelola atau pimpinan lembaga pendidikan memang memiliki
posisi dan fungsi setrategis selaku pengendali lembaga tersebut. Mereka
memiliki kekuasaan politis, suatu kekuasaan yang tidak dimiliki oleh para guru.
Melalui kekuasaan itu mereka memiliki kewenangan untuk mengadakan pembaharuan.
Oleh karena itu, wajar sekali terjadi ketika suatu madrasah mengalami
kemunduran maka kepala madrasah yang banyak mendapatkan kritikan.
Perilaku pimpinan atau pengelola memilikin pengaruh yang signifikan terhadap
maju-mundurnya sebuah madrasah. Perilaku positif dan proaktif dapat mendukung
kemajuan madrasah. Sebaliknya, perilaku negatif dan kontraproduktif justru
menghambat kemajuan. Perilaku negatif ini terkait dengan tradisi kurang baik.
Yang berlangsung dan berkembang di suatu madrasah.
[2] Wawancara
langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[3] Wawancara
Langsung Harjo yanto selaku Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin,
Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[4] Wawancara
langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis,
Tanggal 19 April 2018, jam 07:30.
[5] Wawancara
langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[6] Wawancara
Langsung dengan Siti Darmayanti Siswa Kelas
VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:45.
[8] Wawancara
langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[9] Wawancara
langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 07:30.
[10] Wawancara
langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[11] Wawancara
langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis,
Tanggal 19 April 2018, jam 07:30.
[12] Wawancara
langsung dengan Aprilianti Hasan siswa kelas
VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 23 April 2018, jam 09:45.
[14] Wawancara
langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[15] Wawancara
langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 07:30.
[16] Wawancara
langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis,
Tanggal 19 April 2018, jam 07:30.
[17] Wawancara
langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[18] Wawancara
Langsung dengan Emilia Sabrina Siswa Kelas
VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 23 April 2018, jam 09:45.
[20] Wawancara
langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[21] Wawancara
langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 07:30.
[22] Wawancara
langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis,
Tanggal 19 April 2018, jam 07:30.
[23] Wawancara
langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru Mata SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes
Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[24] Wawancara Langsung Dengan Siti Nurhayati Siswa Kelas VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 23 April 2018, jam 09:45.
[26] Wawancara
langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid
Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[27] Wawancara
langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 07:30.
[28]
Wawancara
langsung dengan Mohammad Ma'ruf selaku Guru Mata Pelajaran Mtk di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa,
Tanggal 03 April 2018, jam 07:30.
[29]
Wawancara
langsung dengan Afifatul Qamariyah selaku Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa,
Tanggal 03 April 2018, jam 08:30.
[31] Wawancara
langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis,
Tanggal 19 April 2018, jam 07:30.
[32] Wawancara
langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[33]
Wawancara
langsung dengan Taufik Hidayat selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negara di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa, Tanggal 03 April 2018, jam 09:30.
[34]
Wawancara
langsung dengan Faisol Ansori selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negara di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa, Tanggal 03 April 2018, jam 10:30.
[35]
Wawancara
langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid
Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis,
Tanggal 19 April 2018, jam 07:30.
[36] Abd Wahab
& Umiarsi, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan Spirituan, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011). hlm. 131.
[37] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik hlm 30-40.
[41]
Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, (Cianjur: CV.
Dinamika Karya Cipta, 2000), hlm. 17.
[42]
Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru,
hlm. 11.
[43]
Departemen Agama RI, Membiasakan
Tradisi Agama, (Jakarta:
Dirjen Binbaga Islam, 2004), hlm. 107
[1] Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 67.
[2] M. Junaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Jogjakarta: AR-RUZZ, 2014), hlm.
25
[11]Djunaidi
Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode
Penelitian Kulitatif, hlm. 307
[14]
Sugiyono, hlm. 273.
[1] Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional (Instrumen
Pembinaan, Peningkatan Dan Penilaian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 11.
[4] Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui
Kompetensi, Komitmen dan Motivasi Kerja, (Yogyakarta: Penerbit Samudra
Biru, 2016), hlm. 10.
[5]
Suyadi Prawirosentono, Manajemen Produktivitas,(Jakarta: PT. Bumi
Angkasa, 2009), hlm. 2.
[8] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 227.
[9] Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru, (Pengawas
Sekolah Pendidikan menengah, 2008), hlm. 21.
[11] UU
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
[12] UU
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
[13]
Soedijarto, Landasan dan arah pendidikan Nasional Kita, (Jakarta,
Penerbit Buku Kompas, 2008), hlm. 45.
[14]
Permendiknas No. 41 Tahun 2007
[15] Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen dan
Motivasi Kerja, (Yogyakarta:
Samudra Biru, 2016), hlm. 11-12.
[16]
Ibid, 12.
[18]
Robert Mathis dan John K Jackso. Human Resource Management.Salemba Empat,
(Jakarta, t.t, 2009), hlm. 82.
[20]
Surya Dharma, Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori dan penerapannya, (Jakarta:
Program Pascasarajan FISIP, 2004), hlm. 10.
[21] Hani Handoko
T., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: BPFE,
2008.), hlm. 135.
[23]
Suwanto dan Donni Juni Priansa. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan
Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 196.
[24]
Marihot Tua Efendi Harjandia, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta:
Grasindo, 2005), hlm. 195.
[25]
Anwar Prabu Mangkunegoro, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 69.
[26]
Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja, (Yogyakarta:
Bagian Penerbitan STIE YKPN, 2001), hlm. 261.
[27]
Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru, hlm. 221.
[28]
Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru. (Jakarta: Ditjen
P2TK, 2008), hlm. 22-24.
[29]
Sjafri Mangkuprawira Tb, Manajemen SDM Strategik, (Jakarta: PT Ghalia
Indonesia, 2004), hlm. 224.
[1]
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta; aRineka Cipta, 2002), hlm. 27.
[2]
Aqib, Zainal, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan,
2002), hlm. 35.
[3]
Tabrani Rusyan dkk. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, (Cianjur,
CV. Dinamika Karya Cipta, 2000), hlm. 17.
[4]
Ibid, hlm. 55.
No comments:
Post a Comment