Monday, March 4, 2019

SKRIPSI KINERJA GURU


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Konteks Penelitian
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di Madrasah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidikan. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusi asusila yang cakap, aktif, kreatif dan mandiri. Bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas berat sebagai seorang guru pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, sehingga mutu pendidikan di Madrasah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya.[1]
Guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di Madrasah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan Madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi professional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.[2]
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran. Ketrampilan penguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggungjawab guru sebagai pengajar dan pendidik secara sempit dapat diinterprestasikan sebagai pembimbing atau fasilitator belajar siswa.
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutaama masyarakat umum yang telah mempercayai Madrasah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi Madrasah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian.[3]
Dalam tataran mikro teknis, guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, dia amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berartii bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan Madrasah.
Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan pembelajaran di lembaga pendidikan.
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.
Kinerja guru yang sudah bagus perlu ditingkatkan atau minimal dipertahankan, namun untuk guru yang kinerjanya kurang bagus perlu diberi bimbingan dan motivasi agar lebih baik. Hal itulah yang memunculkan akan arti kepemimpinan kepala Madrasah. Kepala Madrasah harus mampu membimbing, memotivasi dan mengarahkan agar guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru dengan baik. Kepala Madrasah harus mampu menggerakkan guru dengan baik tetapi bukan memaksa. Dalam memberikan bimbingan, motivasi serta arahan kepada guru tentunya diperlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan guru secara personil, sebab masing-masing guru memiliki karakter yang berbeda-beda.
Kinerja Guru dapat terlihat jelas dalam pembelajaran yang diperlihatkannya dalam prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik. Selanjutnya kinerja yang baik terlihat dari hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi peserta didik. Terdapat beberapa indikator kinerja guru yaitu akan tampak dalam hal kepuasan peserta didik dan orang tua peserta didik, prestasi belajar peserta didik, perilaku sosial dan kehadiran guru. Dengan demikian maka jelaslah bahwa menilai dan memahami kinerja guru tidak terlepas dari peserta didik sebagai subjek didik dan tingkat prestasi belajar yang dicapai peserta didik merupakan gambaran kinerja guru sebagai perencana dan pengelola pembelajaran atau administrator kelas.[4]
Proses interaksi mengajar guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa semua ini tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif. Disinilah kinerja guru dalam melaksakan tugasnya sebagai pendidik sangat menentukan.
Kemudian ditemukan fakta juga bahwa semua guru yang ada di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan lebih banyak mengandalkan buku pelajaran ketika proses pembelajaran berlangsung, lalu bagaimana jika siswa menempuh bidang studi seperti SKI dan Sejarah yang pembahasannya sangat luas, sementara peneliti tidak menemukan adanya guru yang menggunakan media di kedua bidang study tersebut, bagaimana siswa bisa langsung memahami dengan pembahasannya yang luas dan banyak, setidaknya guru menyediakan video yang bisa ditayangkan untuk memberikan gambaran mengenai persoalan belajar saat itu, tetapi peneliti tidak menemukan adanya guru yang menggunakan video pada saat proses pembelajaran berlangsung. Belum lagi ketika guru harus dihadapkan dengan siswa kelas rendah (tematik) yang kesehariannya penuh dengan bermain, bagaimana guru bisa menjamin bahwa persoalan belajar saat itu bisa dipahami dan diserap oleh siswa, sementara untuk menghadapi siswa kelas rendah guru harus mampu memberikan sesuatu yang unik dan berbeda disetiap persoalan belajar supaya mampu mengambil perhatian/focus siswa ketika di kelas.
Berdasarkan pokok–pokok pikiran di atas, penulis memandang penting untuk diadakan penelitian tentang: “Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan”. Dengan harapan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kemajuan pendidikan di Pamekasan pada umumnya dan Madrasah Tsanawiyah Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan pada khususnya.

B.       Fokus Penelitian
Berdasarkan kontekspenelitian yang penulis kemukakan di atas, maka peneliti dapat menetapkan fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan?
2.      Apakah Faktor  Pendukung Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan?
3.      Apakah Faktor Penghambat Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan?

C.       Tujuan Penelitian
Setiap usaha yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan. Begitu pula denganpenelitian ini. Penelitan inidilakukan dengan tujuan:
1.        Mengidentifikasi Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
2.        Mengidentifikasi Faktor Mendukung Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
3.        Mengidentifikasi Faktor Penghambat Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan

D.       Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mepunyaimanfaat dan kegunaan , yaitu makna secara teoritis praktis. Secara teoritis praktis penelitian ini bergunauntuk memperkaya khazanah keilmuan dan pengalaman, antara lain:
1.        Bagi Kepala MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi sebagai masukan dan evaluasi mengenai Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan.
2.        Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas sebagai pendidik yang bisa mengantarkan siswanya menjadi pribadi yang baik dan santun.
3.        Bagi perpustakaan IAIN Madura
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan keilmuan dan tambahan literatur sebagai dasar pengembangan penelitian di masa yang akan datang .
4.        Bagi peneliti
Sebagai adanya tambahan pengetahuan karena dengan adanya penyususnan skripsi ini penulis akan mengetahui fenomena yang terjadi dilapanagan.

E.       Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan pahaman dalam memahami kata kunci dan konsep pokok yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini, maka perlu peneliti memberikan batasan tentang Kineja guru.
Kineja guru merupakan hasil kerja yang dapat dicapai guru dalam suatu organisasi (madrasah), sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan madrasah dalam upaya mencapai visi, misi, dan tujuan madrasah bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Jadi, dari pengertian itu dapat diteruskan yang dimaksud dengan kinerja guru adalah mencakup pada kinerja  guru, faktor pendukung dan faktor penghambat di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan 


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Kinerja Guru
Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Performance, kata Performance berasal dari kata To Perform yang berarti menampilkan atau melaksankan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja.[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperhatikan, atau kemampuan kerja.[2] Dalam materi diklat, penilaian kinerja guru, yang di terbitkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan, kenerja merupakan suatu wujud prilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi.[3]
Menurut Smith performance atau kinerja adalah “…. Output derive from processes, human or therwise”, jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Bernardin dan Russel memberikan definisi tentang performance sebagai berikut : “Performance is defined as the record of autcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period“ (prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).
Sementara itu, Mathis dan Jackson, mendefinisikan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2) kualitaskeluaran, (3) jangka waktu keluaran, (4) kehadiran ditempat kerja, (5) sikap kooperatif.[4]
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan. Menurut Prawirasentono, “Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika”.[5]
Dessler menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja.[6]
Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang standar kinerja telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tingkat keberhasilan harus sesuai dengan hukum, moral, dan etika. Stardar kinerja adalah merupakan patokan dalam  mengadakan pertanggung jawaban terhadap segala hal yang telah dikerjakan.[7]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik.
Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang di rencanakan.
Guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor ini adalah dorongan untuk bekerja, bertanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas, penghargaan atas tugas, peluang untuk berkembang, perhatian dari kepala madrasah, hubungan interpersonal dengan sesame guru, MGMP dan KKG, kelompok diskusi terbimbing, serta layanan perpustakaan.[8]
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.[9] Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa, “Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru”.[10]
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.[11]
Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.[12]
Pendapat lain diutarakan Soedijarto menyatakan ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1) merencanakan program belajar mengajar; (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar; (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar; (4) membina hubungan dengan peserta didik.[13] Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; (5) melaksanakan tugas tambahan.[14]
Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.

B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
            Dalam sebuah organisasi atau Madrasah setiap individu (guru) mempunyai karakter yang berbeda-beda, demikian pun dengan kinerjanya juga berbeda-beda. Kepala madrasah seyogianya memahami akan perbedaan-perbedaan tersebut dan menguapayakan agar kinerja guru dapat maksimal. Di sebagaian besar organisasi khususnya madrasah, kinerja karyawan dalam hal ini guru merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan organisasi. Menurut Malthis dan Jckson ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu kemampuan, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi.
Kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan dipengaruhi banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Sutermeister mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh “kemampuan (ability) dan motivasi (motivation)”. Selanjutnya dikatakan bahwa Kemampuan dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, latihan dan minat. Keterampilan dipengaruhi oleh pembawaan (bakat) dan kepribadian. Motivasi dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor dari: (1) lingkungan fisik pekerjaan, (2) lingkungan sosial pekerjaan yang terdiri dari (a) kepemimpinan, (b) organisasi formal atau lingkungan organisiasi yang mencakup struktur organisasi, iklim kepemimpinan, efisiensi organisasi dan manajemen.[15]
            Kinerja individu meningkat apabila ketiga komponen tersebut ada dalam dirinya. Akan tetapi, kinerja akan berkurang apabila salah satu komponen ini dikurangi atau tidak ada. Misalnya, ada seseorang pekerja memiliki kemampun untuk melakukan pekerjaan dan bekerja keras, tetapi organisasi memberikan peralatan yang kuno sehingga pekerjaan tersebut lebih lambat.
            Menurut Hasibuan prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut, semakin besarlah prestasi kerja karyawan yang bersangkutan.[16]
            Jika kinerja adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas, Karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Hasibun menyatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input).
            Adapun beberapa faktor-faktor  yang mempengaruhi kinerja antara lain: 1) Sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja). 2) Pendidikan. 3) Keterampilan. 4) Manajemen kepemimpinan. 5) Tingkat penghasilan. 6) Gaji dan kesehatan. 7) Jaminan sosial. 8) Iklim kerja. 9) Sarana dan prasarana. 10) Eknologi. 11) Kesempatan berprestasi.[17]

Menurut Malthis dan Jackson dalam Wikipedia, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1) Kemampuan mereka. 2) Motivasi. 3) Dukungan yang diterima. 4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan. 5) Hubungan mereka dengan organisasi.[18]
Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:
“Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2) tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan perpustakaan”.[19]

Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor mendasar yang terkait erat dengan kinerja professional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat dengan kesejahteraan guru. Kepuasan ini dilaterbelakangi oleh faktorfaktor: (1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3) hubungan antar pribadi, (4) kondisi lingkungan kerja, (5) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri.[20]
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru dapat berasal dari dalam individu itu sendiri seperti motivasi, keterampilan, dan juga pendidikan. Ada juga faktor dari luar individu seperti iklim kerja, tingkat gaji, dan lain sebagainya.

C.    Penilaian Kinerja Guru
Untuk menilai kinerja guru, perlu tersedia data yang akurat mengenai sejumlahpotensi yang dimiliki guru sehingga menghasilkan data yang konsisten (terpercaya) dan dianggap benar agar dapat diukur (valid).
Penilaian kinerja guru merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja guru satu dengan tingkat kinerja guru yang lainnya atau dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Hani Handoko menjelaskan bahwa, “penilaian prestai kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”.[21] Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
Penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh guru berkenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan pekerjaannya. Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja guru adalah berdasarkan SK Mendikbud Nomer 025 Ayat 01 Tahun 1995 tentang standar prestasi kerja yang mana di dalamnya dinyatakan bahwa standar prestasi kerja guru adalah minimal yang wajib dilakukan guru dalam proses belajar dan mengajar yaitu :
1.        Penyusunan program belajar yang terdiri dari: a) Analisis Materi pelajaran (AMP). b) program tahunan (Prota). c) Program Semester (Promes). d) Program Satuan Pelajaran (PSP). e) Rencana Pembelajaran (RP). f) Alat evaluasi (AE).  g) Program perbaikan dan pengawasan.
2.        Pelaksanaan program pembelajaran meliputi : a) pelaksanaan pembelajaran di kelas, b) penggunaan strategi pembelajaran, serta e) penggunaan media dan sumber belajar.
3.        Pelaksaan evaluasi meliputi: a) evaluasi hasil belajar, b) evaluasi target kurikulum, sertac) evaluasi daya serap.
4.        Analisis evaluasi meliputi: a) analisis ketuntasan belajar dan b) analisis butir soal.
5.        Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan meliputi : a) pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan b) pelaksanaan pengayaan pembelajaran.[22]

Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi.
Menilai kinerja guru suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan keputusan.
Pengukuran kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan terdapat penyimpangan dari rencana yang sudah ditentukan, semisal apakah pegawai/karyawan telah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa bahwa pengukuran kinerja merupakan salah satu tugas penting bagiperusahaan untuk mengetahui level kinerja karyawan yang dimilikinya.[23] Sedangkan menurut Marihot Tua Efendi Hariandja penilaian unjuk kerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai unjuk kerja pegawainya.[24] C. Mengginson dalam Anwar Prabu Mangkunegoro memberikan penjelasan bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.[25]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk mengetahui apakah seorang pegawai/karyawan telah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat diketahui level kinerjanya. Guru sebagai sosok sentral dalam pelaksanaan pendidikan perlu memiliki kinerja yang baik. Pengukuran kinerja guru profesional dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana guru melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Disisi lain, guru juga membutuhkan umpan balik dari pelaksanaan tugas mereka sebagai panduan untuk melangkah di masa yang akan datang. Dari pengukuran kinerja tersebut guru dapat mengenali kakuatan dan kelemahan yang dimiliki selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini seperti penjelasan Sedarmayanti bahwa penilaian kinerja adalah uraian sistematik, tentang kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/kelompok.[26]
Guru merupakan suatu pekerjaan yang tugas utama/profesionalnya terfokus pada kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran, terdapat 3(tiga) kegiatan yang harus dilakukan guru yakni merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dari penjelasan tersebut maka pengukuran kinerja guru dilakukan dengan melihat apakah pelaksanaan dari tugas utama guru yakni merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Dijelaskan bahwa aspek dalam pengukuran kinerja guru sebagai berikut:
1.      Dalam aspek perencanaan pembelajaran terdiri dari lima indikator yaitu: (1) memiliki kurikulum yang berlaku, (2) memiliki kalender pedidikan, (3) memiliki program semester, (4) memiliki proggram tahunan, dan (5) memiliki rencana pembelajaran.
2.      Dalam aspek pelaksanaan pembelajaran terdiri dari enam indikator yaitu: (1) memulai pembelajaran tepat waktu, (2) memanfaatkan waktu pembelajaran dengan opimal, (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat, (4) menggunakan suara yang jelas dan tegas dalam mengajar, (5) melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik, dan (6) melaksanakan pembelajaran denganrencana pelajaran yang sudah disusun.
3.      Dalam aspek evaluasi pembelajaran terdapat empat indikator yaitu: (1) memiliki kemampuan menyusun alat evaluasi yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi, (2) melaksanakan evaluasi secara lengkap yang mencakup evaluasi awal, saat pembelajaran dan diakhirpembelajaran, (3) melaksanakan analisis terhadap evaluasi yang dilaksanakan serta (4) memberikan remedial kepada siswa yang dianggap perlu.[27]

Dari paparan di atas dapat dilihat mengenai indikator kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran. Dalam Depdiknas Indikator penilaian kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu perencanaan program kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi/penilaian pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:[28]
a.       Perencanaan program kegiatan pembelajaran
Perencanaan program kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Unsur/komponen yang ada dalam RPP antara lain identitas RPP, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber pembelajaran dan penilaian.
b.      Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah inti dari penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.
c.       Evaluasi/penilaian pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan jenis evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator penilaian kinerja guru antara lain : (1) pada perencanaan pembelajaran yakni menyusun program tahunan, program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); (2) pada pelaksanaan pembelajaran yakni penggunaan alokasi waktu pembelajaran, pengelolaan/pengaturan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, penggunaan metode serta strategi pembelajaran, penyampaian materi pelajaran; (3) pada evaluasi pembelajaran yakni pendekatan dan jenis evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Indikator-indikator tersebut yang akan dijadikan tolok ukur didalam mengukur kinerja guru profesional dengan tujuan agar penilaian lebih terfokus.

D.       Manfaat Penilaian Kinerja Guru
            Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira, manfaat dari penilaian kinerja karyawan adalah: (1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada SDM.[29]
Sedangkan Mulyasa menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:
“Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan”.[30]

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.
Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara berkelanjutan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan dan Jenis Pendekatan
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meggunakan pendekatan kualitatif, sabagaimana Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexi J. Meleong mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati.[1]
Sejalan dengan definisi tersebut, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dica dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara–cara kuantifikasi.[2]
Selain itu, penelitian kualitatf lebih mementingkan segi proses dari pada hasil. Hal tersebut disebabkan oleh hubungan bagian–bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Disamping itu dalam penelitian kualitatif fenomena yang dipahami hanya semata-mata menurut perspektif peneliti, melainkan juga apa yang dimaksud oleh subyek yang diteliti, di mana subyek yang diteliti inilah yang lebih banyak menentukan hasil dari apa yang diteliti.
B.     Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Dengan melakukan observasi peneliti mengetahui dan memahami gambaran yang utuh tentang objek penelitian. Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan untuk memperoleh informasi atau seperangkat data yang dibtuhkan peneliti. Pada tahap penelitian awal di MTs Kholid Bin Walid Bagkes Kadur Pamekasan, peneliti mendatangi KepalaMTs Kholid Bin Walid Bagkes Kadur Pamekasan untuk meminta izin tentang penelitian untuk mengetahui informasi tentang Kinerja Guru, selanjutnya mengumpulkan data sesuai dengan waktu senggang subyek penelitian.

C.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan tempat untuk kegiatan penelitian adalah di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan. Pemilihan madrasah tersebut sebagai tempat penelitian atas beberapa pertimbangan, antara lain:
1.   Guru di MTs Kholid Bin Walid dinilai kurang maksimal dalam kinerja, keterlambatan dalam mengajar adalah bukti konkrit bahwa guru belum maksimal dalam kinerjanya.
2.    Madrasah ini di bawah naungan pesantren dimana segala kebijakan yang diberlakukan di madrasah terkadang harus disesuaikan terlebih dahulu dengan kebijakan pondok pesantren. Sehingga kreativitas guru terkadang terhambat.
3.    Pemilihan MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sebagai lokasi penelitian yang letaknya berada pada lokasi yang strategis dan mudah dijangkau peneliti yang merupakan alumni MTs Kholid Bin Walid. Dengan demikian, hal itu mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian dan mengumpulkan data.

D.    Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis datanya adalah pernyataan–pernyataan yang disamkan oleh subyek dari penliti sesuai dengan seperagkat pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti dengan merujuk pada fokus penelitian yang ada sesuai pada pedoman. Dokumentasi yang bersifat penguat/pembuktian dari data yang diperoleh berdasarkan pertanyaan subyek penelitian tersebut.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan observasi. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.[3]
Dalam penelitian ini jenis datanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang disamkan oleh subyek sesuai seperangakat pertanyaan yang dikemukakan peneliti dengan mersujuk pada penelitian yang ada sebagai pedoman.
Jadi sumber data dalam penelitian ini yaitu guru dan kepala MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan. Data tersebut dirumuskan dalam bentuk transkip wawancara dan catatan, pengamatan lapangan, serta dokumen.

E.     Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan uatama dari peneliti adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data memnuhi standar data yang ditetapkan.[4]
Dalam suatu penelitian faktor pengumpulan data merupakan suatu hal yang sangat penting guna memperoleh data yang sesuai dengan pemasalahan yang diteliti. Mengingat pentingnya pengumppulan data dalam penelitian, maka peneliti dituntut untuk mampu menentukan metode pengumpulan data yang tepat dalam proses penelitian yang akan berlangsung.
Oleh sebab itu, untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut:
1.      Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan pengamatan yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subyek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.[5] Observasi dilakukan peneliti untuk melihat yang ada di lapangan sehingga dengan observasi peneliti dapat mengumpulkan data yaitu secara mekanis dan memperoleh data yang maksimal sesuai yang diinginkan peneliti.
Pelaksanaan teknik observasi dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penentuan dan pemilihan cara tersebut sanagat bergantung pada situasi obyek yang akan diamati. Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan bagian dalam oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang–orang yang akan diobservasi. Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota kelompok yang akan diobservasi. Sebaliknya observer yang hanya melakukan pura-pura berpartisipasi dalam kehidupan orang yang diobservasi, observasi itu dinamakan quasi observasi. Apabila observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah kedudukan selaku pengamat, hal tersebut dinamakan observasi partisipasipan.[6]
Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi secara non partisipan yaitu peneliti mendatangi tempat peneliti yakni  MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan. Dengan tujuan untuk memperhatikan kinerja guru. Dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Selain itu, metode observasi atau pengamatan digunakan untuk mengamati fenomena-fenomena yang ada dilingkungan madrasah.
2.      Wawancara (Interview)
Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar dan keyakinannya.[7] Hal teresebut dilakukan dengan percakapan oleh dua pihak, yaitu pewawacara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun non terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon.
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang kan di peroleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen peneliti berupa pertanyaan–pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.[8]
Sedangkan wawancara tidak terstrutur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara langsung artinya peneliti datang ke lokasi penelitian dan bertatap muka langsung dengan narasumber. Dan non terstruktur maksudnya adalah peneliti menggunakan pedoman wawancara ketika bertanya kepada narasumber. Peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
3.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. Pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain). Hal ini peneliti lakukan untuk mengidentifikasi dan mencari data tertulis, serta untuk lebih mengkongkritkan data hasil penelitian untuk menjaga keaslian data. Pencarian serta pengumpulan data yang akan dijadikan dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu hal yang menjadi fokus penelitian, yaitu daftar hadir guru, jurnal kelas, tata tertib guru dan supervisi guru.

F.     Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit–unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang   lain.[9] 
Dalam arti lain, analisis data adalah proses mencari dan menyuusn secara sistematis data yang diperoleh dari hail wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengalokasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit–unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.[10]
Analisis dalam penelitian ini yang juga dilakukan dalam penelitian skripsi adalah non statistik. Data yang dikumpulkan terdapat dalam transkip wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data ini berjuang untuk mendiskripsikan bagaimana penerapan Kinerja guru dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan.
Adapun analisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1.   Reduksi Data
Reduksi data ini sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.[11]
Adapun tahap-tahap dalam reduksi data adalah :
a.    Checking data (pengecekan)
Pengecekan data dilakukan dengan memeriksa kembali transkip wawancara, observasi dan dokumen yang ada. Data - data tersebut di cek dengan maksud untuk mengetahui tingkat kelengkapan data informasi yang diperlukan dalam penyajian data.
b.    Organizing (Pengelompokan)
Setelah pengecekan data, maka selanjutnya pengorganisasian data. Pengelompokan data dilakukan dengan memilah-memilih atau mengklasifikasikan data sesuai dengan arah fokus penelitian dalam lembar klasifikasi data sendiri. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam mengurutkan analisis data sesuai dengan fokus penelitian ini.[12]
c.     Coding (PemberianKode)
Pemberian kode dimaksudkan untuk menentukan data atau informasi berdasarkan tehnik pengumpulan data (wawancara) dan observasi serta dokumentasi. Selain itu, dengan adanya pemberian kode maka akan mempermudah peneliti dalam pengklasifikasian data.Adapun kode yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1)    Kode metode
W : Wawancara (W/Fs1/In1/Tp1/Tgl-Bln-Thn)
O : Observasi (O/T1/ Tgl-Bln-Thn)
D  : Dokumentasi (D/T1/ Tgl-Bln-Thn)
2)    Kode Fokus
Fs1      : Fokus 1
Fs2      : Fokus 2
Fs3      : Fokus 3
3)    Kode informan
In1       : Informan 1    : Kepala Madrasah
In2     : Informan 2: Guru
4)    Kode tempat
Tp1      : Tempat 1       : Ruang Kepala Madrasah
Tp2      : Tempat 2       : Ruang Guru
5)    Kode waktu
Tgl       : Tanggal
Bln      : Bulan
Thn      : Tahun
Tahapan selanjutnya dari analisis data ini adalah mendiskripsikan data yang sesuai dengan kategori dan tema dari fokus penelitian yang ada, sehingga penelitiserta pembaca dapat memahami tema dan temuan yang ada dalam penelitian serta mengetahui validitas data yang sudah terkumpul.
2.   Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data ini merupakan sekumpulan informasi tersusun dalam bentuk uraian naratif, bagan tabel, dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti dalam menggabungkan informasi, memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.
3.   Kesimpulan dan Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dilakukan manakala peneliti sudah yakin dengan temuan-temuannya. Akan tetapi jika peneliti masih ragu terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitiaanya, maka dilakukan verifikasi data (pengecekan ulang). Penarikan kesimpulan dan verifikasi data ini bertujuan untuk validitas data yang telah terkumpul dan untuk menyimpulkan hasil penelitian.

G.    Pengecekan Keabsahan Data
Untuk dapat mengecek keabsahan temuan dari data–data yang diperoleh di lapangan, maka peneliti mengecek temuan dengan menggunakan teknik–teknik sebagai berikut:
1.      Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan pengamatan/keikutsertaan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
2.      Ketekunan Peneliti
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Serta peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3.      Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.  Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.[13]
1)   Triangulasi sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
2)   Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3)   Triangulasi waktu
Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara ini dilakukan di pagi hari pada saat narasumber lagi segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid dan kredibel.[14]

H.    Tahapan-TahapanPenelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan cara mengkategorikan kedalam tiga tahapan yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data diantaranya adalah:
1.    Tahapan Pra Lapangan
Dalam tahapan ini peneliti melakukan:
a.    Menyusun rancangan penelitian
b.    Memilih lapangan atau lokasi penelitian
c.    Mengurus perizinan
d.   Mengurus perizinan
e.    Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
f.     Menyiapkan perlengkapan penelitian
g.    Persoalan etika penelitian
2.     Tahapan Pekerjaan Lapangan
Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:
a.    Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Untuk memasuki pekerjaan lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu, mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Selain itu peneliti juga berusaha membina lapangan yang baik dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan penelitian.
b.    Memasuki lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti masuk kelapangan penelitian untuk menggali data, diawali dengan silaturrahmi kepada Kepala MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan.
c.    Penyusunan laporan penelitian
Tahap penyusunan laporan meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan, kumpulan data sam tahap kesimpulan.
d.   Mengamati sambil mengumpukan data
Dalam hal ini peneliti mengamati langsung kegiatan yang sedang terjadi dilokasi penelitian sambil mengumpulkan dan mencatat data yang diperlukan.
3.    Tahapan Analisis Data
Dalam tahap ini peneliti menelaah segala data yang telah diperoleh melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Mengelola data dilakukan dengan efisien, dalam tahap penelitian ini peneliti menggunakan langkah–langkah sebagai berikut:
a.    Membuat catatan lapangan, maksud langkah ini adalah peneliti mencatat, merekam dan memotret apa yang ada dilapangan, sebagai hasil wawancara mendalam, pengamatan atau membaca dokumen. Langkah ini bisa disebut fase pengumpulan data.
b.    Membuat catatan penelitian, dalam langkah ini peneliti menulis kembali semua yang diperoleh dari langkah yang pertama, sehingga menjadi catatan yang lebih rapi, mudah dipahami, enak dibaca tetapi hanya berisi yang terkait dengan yang diperlukan.
c.    Mengelompokkan data yang sejenis, hasil dari langkah pertama dan kedua akan semakin banyak, berlembar–lembar, karena itu peneliti seawal mungkin jika sudah bisa mulailah memilah atau mengelompokkan data yang sejenis atau subtema dari kumpulan data.
d.   Melakukan interpretasi dan penguatan, maksud langkah ini adalah peneliti meraba–raba, memberi arti terhadap deskripsi para responden (kelompok data) dalam menjawab permasalahan.[15]
4.    Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan ini berisi tentang kerangka dan isi laporan hasil penelitian. Adapun mekanisme yang diambil dari penyusunan laporan ini disesuaikan dengan buku panduan tentang penulisan karya ilmiah yang diatur oleh IAIN Madura.
Penyusunan sebagai salah satu kegiatan yang terprogram oleh setiap mahasiswa dan mahasiswi sebagai kegiatan akhir yang harus ditempuh. Penyusunan laporan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam bentuk skripsi yang disepakati secara sah oleh pihak pembimbing.
BAB IV
      PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
MTs. Kholid Bin Walid merupakan salah satu lembaga formal tingkat menengah pertama atau sederajat yang ada di Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan. Berdiri pada 1985 M yang di prakarsai langsung oleh KH. Syafiuddin Nahrawi beserta kawan karibnya H. Halimy yang pada akhirnya menjadi Kepala Madrasah pertama di MTs Kholid Bin Walid. KH. Syafiuddin juga menjabat sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Addurriyah Bangkes Kadur Pamekasan. Di tahun pertama pendirian MTs. Kholid Bin Walid ini ada sekitar 40 peserta didik baru yang terdaftar, karena pendirian MTs, Kholid Bin Walid ini menuai respon positif dari masyarakat sekitar. Sejak berdirinya MTs, Kholid Bin Walid terus mengalami perkembangan.
MTs. Kholid Bin Walid  terletak di Dusun Embung Barat Tengah Desa Bangkes Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan dengan kode pos 69355 yang lokasi jaraknya ke pusat kecamatan 2 KM dan jarak ke pusat otoda 15 KM. Terletak pada lintasan Desa dengan status swasta. MTs. Kholid Bin Walid  ini memiliki akreditasi terdaftar yang termasuk kelompok madrasah B. Lahan yang dijadikan tempat untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan seluas 600 m2.
MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kec. Kadur Kab. Pamekasan memiliki letak yang strategis karena berada di pedesaan yang letaknya ada di jalan menuju kecamatan sehingga memudahkan siswa untuk membawa alat transportasi ke madrasah dan berada sangat jauh dari keramaian kota sehingga menjadikan suasana belajar yang lebih tenang dan lebih kondusif.
A.    Paparan Data Dan Temuan Peneliti
1.      Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Adapun peneliti memilih untuk meneliti kinerja guru dengan alasan ingin mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan amanahnya sebagai tenaga pendidik di lembaga tersebut.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai guru dalam suatu organisasi (madrasah), sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan madrasah dalam upaya mencapai visi, misi, dan tujuan madrasah bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Jailani, S.Si selaku Kepala Madrasah di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Menurut saya kinerja guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sudah bagus, karena sudah menjadi figur yang baik dan menjadi contoh semuanya, baik dari tingkah laku, perkataan, segi pelajaran, dan lain sebagainya yang dirasakan oleh siswa. Bahkan guru sudah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga materi bisa tersamkan semua dan siswa juga dapat menyerap materi dengan baik hal itu akan menambah berkembangnya prestasi Siswa dengan baik di masa  yang akan datang  sehingga bisa menambah meningkatnya kulitas guru yang ada di lembaga ini dan bisa menambah meningkatnya mutu pendidikan di lembaga ini dan out put yang dihasilkan juga baik semua ini akan terjadi manakala ada kerja sama yang baik antara seluruh mekanisme yang ada di lembaga ini.”[2]

Hal senada juga disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag selaku Guru  di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Menurut saya kinerja guru itu berhubungan dengan profesi saya sebagai guru yang mana harus mengikuti semua aturan yang ditentukan oleh lembaga dan melaksanakan semua kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung jawab sebagai tenaga profesi di madrasah ini seperti halnya perangakat pembelajaran dan lain sebagainya, dan saya sebagai guru harus memiliki prilaku, perkataan, dan ucapan yang baik karena saya menajdi figur ataupun contoh yang baik bagi semua siswa di madrasah ini dan yang tak kalah pentingnya adalah semua guru sudah bisa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bahkan sudah harus punya perangkat tersebut karena hal itu sangat penting karena dari situlah guru bisa diketahui bagus tidaknya metode yang digunakan oleh guru karena metode itu sangat penting untuk membawa dunia siswa kedunia guru tersebut sehingga dengan metode tersebut dengan mudah diserap dipahami dan mudah dimengerti oleh siswa atas materi yang disamkan oleh guru.[3]

Bapak Musyiri Karim, M.Pd juga menyatakan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut saya, perencanaan pembelajaran yang guru buat akan menentukan kepada berhasil tidak-nya guru dalam mencapai pembelajaran yang dilakukannya. Jadi menurut saya perencanaan dan perangkat itu sangat penting sekali.”[4]

Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I juga menyamkan hal yang sama terkait dengan kinerja guru dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai berikut:
kami melakukan penyusunan perencanaan pembelajaran itu macam-macam, tapi umumnya di awal semester, tapi sebagiannya sudah dapat melakukan penyusunan perencanaan sesuai dengan waktu penyampain materinya, artinya apa yang akan diajarkan baru disusun perencanaannya.”[5]

Hal ini juga disamkan oleh Darmayanti selaku siswa kelas VIII dalam hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
ya kami mempersiapkannya sendiri, sesuai dengan bidang studi yang diampu.”[6]

Dari hasil wawancara di atas jelas bahwa guru-guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sangat menyadari pentingnya perencanaan pembelajaran bagi keberhasilan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap penggunaan perangkat pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 19 April 2018, terbukti pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran dengan lengkap, guru sudah mempersiapkan perangkat pembelajaran dan mereka membawanya ketika masuk ke dalam kelas.[7]
Hal ini diperkuat oleh dukumentasi bahwa dalam setiap mata pelajaran, perencanaan harus selalu dibuat oleh guru dalam arti lain suatu rencana pembelajaran yang harus dikuasai guru sebelum perencanaan dimulai atau dilaksanakan. Penyusunan perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk menyatukan ketrampilan atau kemampuan guru dalam menyiapkan materi pembelajaran, merencanakan strategi dan merencanakan evaluasi pembelajaran.








Gambar kegiatan belajar mengajar di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Adapun kinerja guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan secara umum sudah baik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini disamkan oleh Bapak Jailani, S.Si selaku kepala madrasah di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara sebagai berikut:
“Menurut saya, kinerja guru sudah bagus cuman yang namanya saya sebagai manager sebagai kepala madrasah atau pengelola tidak boleh merasa puas bagi manager itu harus merasa kurang dan kurang untuk semakin meningkatkan kinerja-nya demi kemajuan lembaga ke depan, secara umum beliau-beliaunya itu sudah bagus karena kebetulan beliau (guru) senior disini, namun ada yang belum bisa disempurnakan beliau yaitu seperti membuat perangkat beliau itu mulai dulu belum pernah membuat perangkat cuma baru-baru ini namun beliau itu sudah berusaha untuk membuat perangkat tersebut walaupun sedikit banyak masih minta bantuan kepada orang lain dan saya sebagai kepala madrasah selalu mewanti-wanti kepada semua guru karena perangkat itu sangat penting demi terorganisasinya waktu dengan baik di dalam kelas.”[8]

Adapun kinerja guru yang baik itu harus dimiliki oleh setiap guru sebagai tenaga profesi yang bisa dipertanggungjawabkan demi meningkatnya mutu pendidikan.
Hal ini disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag. selaku guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Saya tidak berhak menilai diri saya baik namun menurut saya sendiri kalau di nilai dari segi keaktifan dan kerajinan datang ke madrasah atau mengajar di kelas saya sudah melakukannya semaksimal mungkin karena hal itu sudah menjadi kewajiban bagi saya yang telah diberikan amanah oleh lembaga yang harus saya tunaikan dengan baik yang berlandaskan keikhlasan di hati demi mendapatkan ridha dari Allah SWT. Hal lain dari itu di luar kemampuan saya, namun saya akui saya itu bukan malaikat saya hanyalah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan yang mana terkadang saya terlambat datang ke lembaga, terkadang waktu mengajar terbuang sia-sia, penggunaan waktu yang terorganisasi dengan baik mungkin hanya itu yang bisa saya samkan.”[9]

Hal yang sama juga di samkan oleh Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I selaku guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau saya pribadi masih merasa kurang atas yang saya lakukan untuk lembaga demi meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lembaga ini, akan tetapi kalau tinjau dari segi keaktifan dalam datang ke lembaga dan mengajar di kelas alhamdulillah saya bisa melaksanakan dengan maksimal selama saya bisa melaksanakannya lain dari hal itu di luar kemampuan saya karena setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing termasuk saya sendiri.”[10]

Hal senada juga disamkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd selaku guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk lembaga dengan cara menjalankan semua parintah dan aturan serta kewajiban-kewajiban yang pikul serta datang tepat waktu ke lembaga, memberikan ilmu pengetahuan yang baik kepada siswa, memberikan contoh yang baik terhadap siswa dalam segi ucapan perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam, namun yang namanya manusia tidak ada yang sempurna dan pada hakikatnya manusia hanya bisa berusaha dan berdoa serta tawakkal kepada Allah swt.”[11]

Aprilianti Hasan selaku kelas VIII Hasan juga menyatakan dalam hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
“Kalau menurut saya sendiri kak, semua guru di lembaga ini sudah baik, baik dari segi ucapan, perbuatan, dan tingkah lakunya, baik dari segi mengajarnya, baik dari segi penyampaian materinya khususnya guru  yang mana beliau semua senior dari pada guru-guru yang lain sehingga siswa yang lain mudah sekali dalam memahami semua yang disamkannya karena beliau itu orangnya sangat telaten dalam mendidik siswanya mungkin itu yang saya tahu kak kurang dan lebihnya mohon maaf.”[12]

Adapun peneliti ketika terjun langsung ke lapangan  ditemukan data bahwa kinerja guru secara keseluruhan sudah baik, guru datang sebelum bel masuk berbunyi beliau sudah stand bay di kantor atau ruang guru hal itu menandakan kedisplinan guru dan ketika peneliti meminta izin untuk mengikuti pelajaran secara langsung juga ditemukan data bahwa ucapan, perbutan dan tingkah laku dari guru tersebut memang sudah sangat baik hal itu menandakan seorang guru tersebut memiliki etika dan akhlak yang baik dan bisa menjadi suri tauladan atau contoh yang baik bagi siswa.[13]
Setiap guru harus memiliki cara tersendiri dalam meningkatkan kinerja sebagai guru dan sebagai tenaga pengajar agar cara mengajarnya tidak stagna seperti membuat perangkat pembelajaran karena hal ini akan memberikan efek positif pada perkembangan prestasi siswa.
Diperkuat oleh Bapak Jailani, S.Si selaku kepala madrasah di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Adapun usaha pertama yang saya lakukan dalam meningkatkan kinerja guru atas nama kepala madrasah di lembaga ini, saya menegaskan bahkan mewanti-wanti kepada semua guru tak terkecuali guru  untuk membuat bahkan harus memiliki perangkat pembelajaran sebelum mengajar di kelas dan saya harus tahu seperti apa hasil perangkat dan isi perangkatnya karena perangkat itu adalah rambu-rambu bagi guru sam dimana beliau mengajar dan agar waktu yang di berikan lembaga tertata dengan terorganisir dengan sehingga segala sesuatu yang mau di samkan terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kedua, yaitu pengadakan evaluasai setiap bulan satu kali dari sisi kerajinan saya utarakan semuanya si A 60% si B 80 si C 30%  karena setiap guru itu punya absensi kemudian saya menguji guru tapi itu hanya dilakukan satu smester satu kali setiap guru dikasih jadwal supervisi untuk diuji bagaimana cara mengajar guru dan bagaimana daya tanggap siswa saya upaya seperti itu hal itu semata-mata untuk meningkatkan kinerja guru dan caan siswa.”[14]

Adapun wawancara di atas juga diperkuat oleh Bapak Suharjo, S.Ag dalam hasil wawacara dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut saya yaitu terus berusaha sebaik mungkin antara lain yang pertama setiap guru memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi seperti kerajinannya harus lebih ditingkatkan dalam masuk madrasah yang kedua melaksanakan yang diperintahkan oleh lembaga seperti membuat perangkat pembelajaran karena perangkat tersebut sangat penting untuk memanage waktu dengan baik sehingga bisa menggunakan waktu seefesien mungkin sehingga semua materi bisa tersamkan dan juga dapat diserap oleh siswa dan ketika ada pertanyaan dari kepala madrasah semua siswa bisa menjawab dengan tegas dan benar.”[15]

Hal yang sama juga disamkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut saya sendiri usaha yang harus dilakukan adalah memberikan yang terbaik untuk lembaga  pendidikan khususnya di lembaga MTs Kholid Bin Walid ini dan juga memberikan yang terbaik untuk siswa dengan ilmu pengetahuan yang banyak khususnya dalam pendidikan  Islam Karena itu mendasar dalam diri siswa tersebuat setelah menginjak dewasadan yang tak kalah pentingnya bagi guru khususnya saya sendiri adalah membuat perangkat pembelajaran dengan hal tersebut saya bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan semua yang saya ajarkan bisa terselesaikan dengan baik sekaligus siswa juga memahaminya dengan baik apa yang telah saya samkan.”[16]

Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I juga memperkuat penyataan di atas dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Kalau menurut saya pribadi. Usaha guru dalam meningkatkan kinerjanya adalah usaha yang terbaik yang dilakukan oleh guru apa lagi sama membuat siswa berprestasi itu luar bisa namun jangan pernah merasa puas dengan caan yang telah di dapat oleh siswa, akan tetapi terus dan teruslah berikan sumbangsih yang terbaik demi menciptakan insan kamil namun kita harus sadari bahwa itu semua tidak terlepas dari menejemen madrasah yang baik. Sedangkan dalam kinerja tersebut pasti ada faktor-faktor penupangnya yang mempengaruhinya seperti sikap mental, pendidikan yang baik, keterampilan, gaji dan kesehatan, dan jaminan sosial semua ini akan menjamin peningkatan kualitas kinerja guru khususnya saya sendiri.”[17]

Hal tersebut di atas juga disamkan oleh siswa kelas IX Emilia Sabrina dalam hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
“Kalau menurut saya sendiri kak, semua guru disini itu cara ngajarnya sudah bagus dan ketika menyamkan materi juga sudah baik kalau saya sendiri Alhamdulillah bisa menyerap apa yang telah guru samkan di depan kelas dan kebanyakan semua teman-teman bisa memahami apa yang di jelaskan oleh guru walapun masih ada satu atau dua teman saya yang belum mengerti mungkin dia itu tidak mendengakan waktu guru menjelaska di depan kelas.”[18]

Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui bahwa ketika Guru mengajar membawa perangkat pembelajaran hal ini merupakan salah satu upaya atau usaha dari guru untuk memperbaiki cara mengajar yang lama menuju ke hal yang baru yaitu cara mengajar yang lebih baik dan praktis padat singkat dan jelas. Materi pelajaran dapat tersampaikan secara jelas dan juga sudah diupayakan sesuai dengan hirarki belajar dan mengaitkan materi ajar tersebut dengan realitas kehidupan. Dan berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan ketika guru mengajar, memang terlihat dengan jelas upaya dan usaha guru tersebut dalam menyampaikan materi ajar tersebut. [19]
Hal ini diperkuat oleh dukumentasi penilti bahwa, Secara garis besar, Materi pembelajaran berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa. Berikut hasil dokumentasinya:
 







Gambar kegiatan belajar mengajar di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan

Berdasarkan hasil wawancara, obeservasi, dan dokumentasi peneliti menemukan bahwa kinerja guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sebagai berikut:
a.       Guru mepersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b.      Guru menyediakan alat perangkat pembelajaran.
c.       Disiplin dan tepat waktu
d.      Menjadi suri tauladan bagi siswanya

2.      Faktor Pendukung Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Adapun faktor pendukung dalam meningkatkan kinerja guru dalam hal ini Bapak jailani, S.Si menyatakan dalam hasil wawancara dengan beliau sebagai berikut:
Kalau menurut saya faktor pendukung tersebut adalah dari segi fasilitas kalau guru dalam sisi pembelajaran sudah dibelikan alat-alat praktek dan juga tempat-tempat praktek sudah ada Mushalla sudah ada dan tempat wudhu’ juga sudah ada namun pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah seperti honor alhamdulillah guru-guru yang ada disini terutama guru sudah diupayakan bersertifikasi sehingga tidak terlambat lagi tidak terhambat lagi untuk datang ke lembaga saya kasih transpot walaupun sudah bersertifikasipendukung yang lain untuk meningatkan mutu pendidikan yaitu khusus guru  saya ikutkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) jadi setiap setengah bulan itu kalau sekarang masih satu bulan sekali saya ikutkan untuk meningkatkan kinerja guru dan mutu guru dalam mengajar terutama guru mata pelajaran  Islam dan juga masukan-masukan dari pihak yayasan yang sering kali memberikan bimbingan kepada beliau-beliau yang notabenenya sebagai guru pendidikan  Islam.[20]

Hal tersebut di atas juga disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag selaku guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
Adapun faktor pendukung paling utama menurut saya adalah untuk mengharap ridha Allah swt. Sedangkan faktor pendukumg kedua yaitu saya sebagai guru sertifikasi diberikan hadiah oleh pemerintah sebagai penghargaan walaupun hanya ala kadarnya dengan harapan dan tujuan untuk meningkatkan kinerja saya yang memiliki profesi sebagai guru  serta faktor yang mendukung yaitu ada fasilitas yang memadai bagi guru  khususnya seperti tempat wudhu’, mushalla tempat praktek dan alat-alat yang lain yang bisa mendukung kinerja guru  di lembaga ini.”[21]

Hal hal senada juga di samkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd selaku guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“kalau menurut saya faktor pendukungnya itu memang ada yaitu berupa fasilitas yang seadanya di lembaga khusus seperti tempat wudhu’ mushalla dan lain-lain yang  pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah seperti honor alhamdulillah guru-guru yang ada disini terutama saya selaku guru  sudah bersertifikasi meskipun sudah sertifikasi saya dikasih uang transport cuma tidak dikasih honor karena saya sudah di gaji oleh pemerintah, kemudian saya juga di ikutkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk meningkatkan kinerja saya sebagai pendidik di lembaga ini.”[22]

Hal hal senada juga di samkan oleh Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I selaku Guru Mata SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Menurut saya sendiri faktor pendukung yang paling dominan adalah fasilitas yang sangat memadai karena hal ini bisa menunjang dari segi semua seperti proyektor dan layarnya terus alat-alat praktek dan tempat-tempat praktek seperti kamar mandi mushalla dan sebagainya itu semua saya yakin bisa membantu memudahkan guru dalam mengajar khususnya saya sendiri kalau memakai proyektor dan siswa bisa sangat mudah dan lebih cepat untuk memahami materi ajar yang di samikan oleh semua guru khususnya saya pribadi.”[23]

Adapun berkenaan dengan fasilitas yang ada di lembaga dinyatakan juga oleh Siti Nurhayati siswa kelas IX dalam hasil wawancara dengannya sebagai berikut:
“Kalau menurut saya fasilitas itu sangat mendukung sekali bagi saya dan teman-teman saya dan Alhamdulillah ada seperti alat-alat untuk praktek tempat wudhu’ dan mushalla juga ada akan tetapi kalau masalah proyektor dan layarnya ada tapi minim sekali sehingga dari minimnya itu semua guru tidak menggunakan proyektor akan tetapi menggunakan fasilitas seadanya di lembaga.”[24]

Setelah peneliti melakukan observasi ke lapangan ditemukan data bahwa fasilitas untuk guru sudah ada seperti kamar mandi, tempat untuk mengambil wudhu, dan Mushalla dan yang lainnya seperti alat-alat praktek dan juga yang tak kalah pentingnya data tersebut adalah proyektor akan tetapi masih minimdan faktor pendukung yang lain yaitu beliau guru  sudah bersertifikasi semua.[25]
Berdasarkan hasil wawancara, obeservasi, dan dokumentasi peneliti menemukan bahwa Faktor Pendukung Kinerja guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sebagai berikut:
a.       Sarana dan prasarana kelas seperti alat-alat praktek dan proyektor.
b.      Fasilitas untuk guru seperti kamar mandi, tempat untuk wudhu, dan Mushalla sudah disediakan oleh pihak sekolah

3.      Faktor Penghambat Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Penerapan proses pembelajaran tentu tidak akan lepas dari beberapa hambatan yang terjadi di lapangan. Begitu juga dengan keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Hambatan-hambatan ini terjadi mungkin karena manajemen kelas adalah suatu hal komplek atau menyangkut semua unsur pendidikan. Sehingga untuk menyatukannya juga merupakan hal yang tidak mudah. Butuh proses dan perjuangan dalam implementasiannya.
Adapun faktor penghambat dalam meningkatkan kinerja guru dalam kesempatan ini Bapak Jailani, S.Si menyatakan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Ada berbagi macam faktor yang dapat menghambat keberhasialan guru, diantaranya adalah jika ada kegiatan yang harus meninggalkan jam pelajaran sehingga berakibat pada melesetnya target pelajaran yang akan dicapai, kurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugasnya, kelas yang mendapat jam terakhir yang terkadang siswa merasa lelah dan semangat belajar yang sudah berkurang”.[26]

Hal yang sama juga disamkan oleh Bapak Suharjo, S.Ag dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
Adanya siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan kelas yang tingkat kemampuannya minim, yang akibatnya materi yang disampaikan agak molor dibanding kelas yang lain.[27]

Hal lain yang disampaikan oleh bapak Mohammad Ma'ruf beliau menyampaikan sebagia berikut:
“Ketika kegiatan belajar mengajar dimulai ada sebagian siswa yang tidak bias diatur sehingga bagi saya menjadi penghambat dalam kegiatan belajar”.[28]

Selanjutnya ibu Afifatul Qamariyah menuturkan sebagai berikut:
“Siswa disini banyak yang nakal mas, bahkan sulit untuk diatur, sehingga kami para guru merasa kesulitan mencari solusi agar siswa tidak nakal lagi”.[29]

Dari keterangan diatas, terdapat bebrapa hal yang menghambat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah beberapa kegiatan yang menyita jam pelajaran, pelajaran yang mendapat jam terakhir, dan sebagian siswa nakal bahkan tidak bisa diatur.
Peneliti melakukan observasi secara langsung ke lapangan menemukan data bahwa ada sebagian guru yang datang terlambat ke lembaga setelah peneliti bertanya langsung kepada beliau ternyata ada sedikit masalah pada kendaraan yang sedang beliau bahwa yaitu ban sepedanya meletus sehingga beliau datang terlambat ke madrasah, beliau juga mengatakan kalau beliau sudah berangkat sekitar jam 06:20.[30]
Sebagaimana hal ini disampaikan oleh Bapak Musyiri Karim M.Pd dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Ya, bagi saya pribadi mas, faktor penghambat dalam kinerja guru adalah  jarak tempuh yang sangat jauh sehingga saya sering terlambat datang kelembaga”.[31]

Hal senada juga diperkuat dan disampaikan oleh Bapak Abdul Hayyih, S.Pd.I dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Memiliki kesibukan-kesibukan di rumah sehingga terkadang lambat datang ke madrasah dan juga yang menjadi penghambat bagi guru  adalah permaslahan yang ada di rumah di bawa ke madrasah”.[32]

Yang memengaruhi kinerja guru adalah gaji. Setiap orang yang memperoleh gaji tinggi, hidupya akan sejahtera. Orang akan bekerja dengan penuh antusias jika pekerjaannya mampu mensejahterakan pekerjaannya. Begitu pula sebaliknya. Bagaimana mungkin seorang guru dapat bekerja secara profisional jika berangkat dari rumah sudah dipusingkan dengan kebutuhan rumah tangga. Begitu sampai di kelas, pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa tidak akan bekualitaas. Bahkan, tidak menutup kemungkinan gaya mengajar yang ditampilkan guru bukannya mengembangkan potensi siswa malah justru mematikan potensi siswa.
Sebagaiman yang diungkapkan oleh Bapak Taufik Hidayat dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Menurut saya faktor penghambat adalah gajinya terlalu minim, makanya saya datang terlambat bahkan saya sering terlambat, kepala sekolah pun tahu kalau saya datang sering terlambat,  keterlambatan saya disebabkan ada urusan lain dan semua teman-teman guru yang lain sudah tahu”.[33]

Hal lain yang disampaikan oleh bapak Faisol Ansori beliau menyampaikan sebagia berikut:
“Bagi saya mas, berhubung saya disini sukwan maka saya menerima apa adanya (gaji), besar kecilnya gaji itu ketentuan lembaga, yang hal itu harus saya syukuri”.[34]

Hal hal senada juga di samkan oleh Bapak Musyiri Karim, M.Pd selaku guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan dalam petikan wawancara dengan beliau sebagai berikut:
“Kami mengajar bukan sekedar mengharap pahala akan tetapi kami mengajar juga mencari nafkah (gaji) untuk keluarga, gaji yang tak seberapa itu malah sering tidak tepat waktu bahkan sering terlambat.[35]

Berdasarkan hasil wawancara, obeservasi, dan dokumentasi peneliti menemukan bahwa Faktor Penghmabat Kinerja Guru di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan sebagai berikut:
a.       Tingkat kecerdasan siswa dan Kurang sadaran siswa dalam memenuhi tugasnya.
b.      Jarak tempuh guru dan lembaga jauh sehingga sebagian guru datang terlambat.
c.       Kesejahtraan (gaji) guru minim.





B.        PEMBAHASAN
1.   Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan kemampuan. Dalam hal ini, kompetensi guru merupakan kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya adalah kemampuan guru dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari (learning what to be learnt), melainkan guru dituntut mampu menciptakan pembalajaran agar anak dapat mengembangkan kompetensinya.
Kompetensi keterampilan proses belajar mengajar adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan kompetensi penguasaan pengetahuan adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman pengetahhuan. Kompetensi yang dimaksud meliputi pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi pengembangan potensi peserta didik, dan penguasaan akademik.[36]
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Cirri-ciri inlah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadin sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilhat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapn, cara bergaul,baik yang ringan maupun yang berat.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seorang merupakan sutau gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seorang melakukan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.[37]
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh bagi anak. Anak pertama kali melihat, mendengar dan bersosialisasi dengan orang tuanya. Ini berarti bahwa ucapan dan perbuatan orang tua akan di contoh anak anaknya. Dalam hal ini pendidik menjadi contoh terbaik dalam pndangan anak. Apa yang menjadi perilaku orang tua akan ditirunya.
Jika orang tua sebagai pendidik berperilaku jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang , anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, menjadi anak yang pemberani, dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang . Namun jika pendidik suka berbohong, khianat, durhaka, kikir, penakut, hidup dalam kehinaan, maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, suka khianat, kikir, penakut, dan hidup dalam kehinaan.
Disiplin adalah bentuk ketaatan serta pengendalian diri secara sadar, rasional, dan tidak memaksakan perasaan sehingga tidak emosional. Sumber lain menyatakan bahwa disiplin adalah suatu perbuatan yang taat, tertib akan aturan serta norma dan kaidah yang berlaku baik dimasyarakat atau ditempat kerja.
Disiplin mempunyai tiga macam sifat, yaitu disiplin preventif, disiplin korektif dan disiplin progresif. Disiplin guru diharapkan bisa menerapkan ketiga macam sifat tersebut.
1.      Disiplin preventif merupakan tindakan dari sumber daya manusia yang mempunyai dorongan untuk mentaati standar serta peraturan yang ada. Tujuan dari disiplin preventif ini adalah untuk mendorong SDM supaya mempunyai disiplin pribadi yang tinggi agar tugas kepemimpinan tidak terlalu berat.
2.      Disiplin korektif merupakan tindakan yang dilaksanakan sesudah terjadi pelanggaran. Tindakan ini untuk mencegah munculnya pelanggaran lebih lanjut dengan cara memberi hukuman atau tindakan disipliner.
3.      Disiplin progresif merupakan tindakan disipliner berulang-ulang yang berupa hukuman makin berat.[38]

Kedisiplinan guru akan memotivasi belajar siswa yang akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian pula sebaliknya jika guru tidak disiplin mungkin murid akan malas sehingga berpengaruh pada hasil belajar. Untuk itu, disiplin guru dituntut untuk dalam hal waktu mengajar supaya tujuan yang diharapkan bisa dicapai dengan baik.
Sebagai seorang guru kita harus mampu menciptakan suasanan yang menyenangkan ssat pelajaran di kelas. Apabila guru mengajar  dengan cara yang membosankan maka akan menimbulkan kesulitan dalam menanamkan disiplin pada siswa. Selain itu guru yang kurang disiplin juga akan memberikan dampak yang buruk bagi siswa. Jika guru ingin membuat siswanya disiplin, maka guru tersebut juga harus menerapkan sikap disiplin pada dirinya sendiri.
Mananamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas seorang guru.  Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah kita dapat mendisiplinkan orang lain. Sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan keharmonisan. Seorang guru tidak akan efektif mengajar apabila ia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa, dan seorang guru tidak akan hidup  dengan norma pancasila bila dia tidak meyakini dan menghayatinya.
Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap pendidikan anak  didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan , merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidupp dan kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai, untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan akan keguruan, sebab saat itu banyak terjadi erosi  sopan santun dan erosi disiplin.
Madrasah merupakan salah satu faktor dominan alam membentuk dan memengaruhi prilaku siswa. Di madrasah siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati siswa, dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap  dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di madrasah. Semua bentuk ketidak disiplinan siswa di madrasah tentunya memerlukan upaya penanggulangan dan pencegahan.
Adapun beberapa uapaya yang dapat dilakukan oleh madrasah antara lain ;
1.      Guru hendaknya bisa menjadi contoh dalam berdisiplin, misalnya tepat waktu dattang ke kelas saat jam pelajaran sudah dimulai. Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam karet, molor dan selalu terlambat masuk kelas.
2.      Memberlakukan peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti, dan mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar.
3.      Secara konsisten para guru terus mensosialisasikan kepada siswa tentang pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal, melalui pembinaan dan yang lebih pentinglagi melalui keteladanan.[39]

Disamping itu, seorang guru seharusnya juga memiliki kesabaran yang baik sehingga mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.      Membantu siswa meningkatkan standar perilaku, karena siswa berasal dari berbagai latar  belakang yang berbeda. Jelas mereka akan memiliki standar perilaku tinggi, bahkan ada yang memiliki standar perilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh para guru dan berusaha untuk dapat meningkatkan standar tersebut, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnys.
2.      Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. Peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
3.      Memberikan contoh perlaku disiplin agar siswa dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
4.      Lebih menekankan disiplin preventif untuk medorong para siswa agar mengikuti berbagai standard an aturan. Sehingga tindakan tidak disiplin dapat dicegah. Tujuannya adalah untuk menanamkan disiplin pada diri siswa. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu menamkan disiplin pada diri masing-masing siwa dengan suka rela tanpa ada paksaan.[40]


2.   Faktor Pendukung Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu madrasah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik  untuk itu diperlukan pemahaman dan pengaplikasian manajemen sarana dan prasarana pendidikan permadrasahan berbasis madrasah. Bagi pengambil kebijakan di madrasah pemahaman tentang sarana dan prasarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan pendidikan.
Selanjutnya A. Tabrani Rusyan dkk menyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan Kinerja guru.[41] Maka perlu berbagai faktor yang mendukung, di antaranya:
1.    Motivasi Kinerja Guru
Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari luar juga dapat juga memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang diberikan dari kepala sekolah kepada guru.
2.    Etos Kinerja Guru
Guru memiliki etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru yang tidak ditunjang oleh etos Kinerja. dalam melaksanakan tugasnya gurumemiliki etos yang berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh guru, karena:
a.       Pergeseran waktu yang mengakibatkan segala sesuatu dalam kehidupan manusia berubah dan berkembang.
b.      Kondisi yang terbuka untuk menerima dan menyalurkan kreativitas.
c.       Perubahan lingkungan terutama bidang teknologi.
3.    Lingkungan Kinerja guru
Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, meliputi:
a.       Lingkungan social-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan harmonis antarguru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala sekolah, dengan staf TUdapat menunjang berhasilnya Kinerja guru.
b.      Lingkungan fisik, ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) Ruangan harus bersih, (2) Ada ruangan khusus untuk kerja, (3) Peralatan dan perabotan tertata baik, (4) Mempunyai penerangan yang baik, (5) Tersedia meja kerja yang cukup, (6) Sirkulasi udara yang baik, dan (7) Jauh dari kebisingan.
4.    Tugas dan tanggung jawab guru
a.       Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila.
b.      Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah, yaitu setiap guruharus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan baik.
c.       Tanggung jawab guru di bidang kemasyarakatan, yaitu turut mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.
d.      Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
e.       Optimalisasi kelompok kerja guru.
Kinerja guru yang efektif dan efisien akan menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh, yaitu lulusan yang berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Kinerja gurudalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi lebih baik, yang berdasarkan kemampuan bukan kepada asal-usul keturunan atau warisan, juga menjunjung tinggi kualitas, inisiatif dan kreativitas, kerja keras dan produktivitas.
Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai jabatan fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang lebih erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya. Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam bidang pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional yang selalu dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani Rusyan dkk, menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan global sekolah  perlu menerapkan budaya Kinerja dalam proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
  1. Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa.
  2. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran.
  3. Mendorong lahirnya “Sumber Daya Manusia” yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
  4. Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.
  5. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam proses pembelajaran.
  6. Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran.
  7. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi.
  8. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.
  9. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan kepada ijazah.
  10. Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yang lebih demokratis.
  11. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik.
  12. Membudayakan sikapn kerja keras, produktif, dan disiplin.[42]
Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada kompetensi Kinerja guru,  yaitu:
  1. Menguasai bahan yang akan diajarkan.
  2. Mengelola program belajar mengajar.
  3. Mengelola kelas.
  4. Menggunakan media/sumber pelajaran.
  5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
  6. Mengelola interaksi belajar mengajar.
  7. Menilai prestasi siswa.
  8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
  9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
  10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.[43]
Pemikir, perencana, pengelola. dan pelaksana proses pembelajaran berada ditangan guru, maka guru harus sadar diri, sadar tujuan, dan sadar lingkungan, karena kesadaran merupakan modal dasar sebagai pengembang budaya Kinerja. Budaya Kinerja guru menurut A. Tabrani Rusyan dkk  adalah suatu pola sikap dan pola perilaku serta perbuatan yang sesuai dengan tata aturan atau norma yang telah digariskan. Menerapkan budaya Kinerja bagi guru dalam kegiatan pembelajaran, mampu meningkatkan tugas dan pekerjaan guru dalam bertindak dan berpikir lebih aktif dan kreatif.[44]

3.   Faktor Penghambat Kinerja Guru di MTs Kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan
Selama ini madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam yang mutunya lebih rendah daripada mutu lembaga pendidikan lainnya, terutama sekolah umum, walaupun beberapa madrasah justru lebih maju daripada sekolah umum. Namun, keberhasilan beberapa madrasah dalam jumlah yang terbatas itu belum mampu menghapus kesan negatif yang sudah terlanjur melekat.
Ditinjau dari segi penguasaan, mutu siswa madrasah lebih rendah daripada mutu santri pesantren. Sementara itu, ditinjau dari penguasaan materi umum, mutu siswa madrasah lebih rendah daripada sekolah umum. Jadi, penguasaan baik pelajaran  maupun materi umum serba mentah (tidak matang)
Dari segi manajemen, madrasah lebih teratur daripada pesantren tradisional, tetapi dari segi penguasaan pengetahuan, santri lebih mumpuni. Keadaan ini wajar terjadi karena santri tersebut hanya mempelajari pengetahuan , sementara beban siswa madrasah berganda. Demikian juga, menjadi wajar ketika dalam hal penguasaan pengetahuan umum, siswa sekolah umum lebih unggul menguasai daripada siswa madrasah karena beban siswa sekolah umum tidak sebanyak siswa madrasah.
Dalam penelusuran sejarah keguruan, guru dapat dikata sebagai pilar penyelenggara pemerintahan dengan jumlah jutaan personal, guru dalam menyampaikan ilmu tidak semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Artinya guru tidak hanya sekedar menampaikan ilmu yang bersifat verbalistik fisik, melainkan unsur psikologis juga ikut andil besar dalam mencapai tujuan. Disinilah unsur osikologis hendaknya sama atau mendekati kesamaan antara guru dan siswa, dan hal ini tidak mudah untuk disatukannya.
Bagaimanapun guru adalah sumber belajar yang paling baik jika dibandingkan dengan sumber belajar lainnya. Argumentasi riilnya adalah guru mempunyai ikatan emosional secara langsung dengan siswanya dengan bentuk kontak batiniah, sedangkan sumber belajar lainnya hanya sekedar motivasi lahiriah semata. Namun demikian, kita tidak boleh menafikkan pentingnya sumber belajar tersebut.
Guru dalam menjalankan programnya membutuhkan media pengajaran yang dapat mendukung dalam proses membina akhlak yang meliputi pertama, media pengajaran akhlak yang terdiri dari:
1.      Pengarahan berarti memberi nasehat pada siswa yang berbuat tidak baik.
2.      Bimbingan yang dimaksud adalah guru mampu menggambarkan kondisi psikologis siswa sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang dapat dilihat, diselidiki, dan diukur sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
3.      Keteladanan siswa hidup mengalami proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan terkait dengan hal yang kongkrit seperti; kecilnya tubuh menjadi besar seiring dengan waktu, sedangkan perkembangan terkait dengan yang abstrak semisal; kematangan berfikir, emosional, minat, bakat, dan semua potensi yang dimilikinya.[45]

Dari tiga langkah diatas menunjukkan bahwa siswa adalah manusia yang perlu dibantu kondisi psikologisnya untuk mencapai kecerdasan emosional, mental, spiritualnya. Adapun macam-macam media abstrak adalah: pembiasaan, pujian, hukuman, perintah, larangan. Sedangkan media kongkrit terdiri dari: media grafis, media proyeksi, media audio (visual, auditif, taktil, olfaktoris, gustatif, kombinatif).
Pengelola atau pimpinan lembaga pendidikan memang memiliki posisi dan fungsi setrategis selaku pengendali lembaga tersebut. Mereka memiliki kekuasaan politis, suatu kekuasaan yang tidak dimiliki oleh para guru. Melalui kekuasaan itu mereka memiliki kewenangan untuk mengadakan pembaharuan. Oleh karena itu, wajar sekali terjadi ketika suatu madrasah mengalami kemunduran maka kepala madrasah yang banyak mendapatkan kritikan.
Perilaku pimpinan atau pengelola memilikin pengaruh yang signifikan terhadap maju-mundurnya sebuah madrasah. Perilaku positif dan proaktif dapat mendukung kemajuan madrasah. Sebaliknya, perilaku negatif dan kontraproduktif justru menghambat kemajuan. Perilaku negatif ini terkait dengan tradisi kurang baik. Yang berlangsung dan berkembang di suatu madrasah.


[2] Wawancara langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 09:00.
[3] Wawancara Langsung Harjo yanto selaku Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018, jam 09:00.
[4] Wawancara langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,  jam 07:30.
[5] Wawancara langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,   jam 09:00.
[6] Wawancara Langsung dengan Siti Darmayanti Siswa Kelas VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 09:45.
[7] Obeservasi langsung, Hari Kamis, tanggal 19 April 2018, Jam 09.00-09.
[8] Wawancara langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 09:00.
[9] Wawancara langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 07:30.
[10] Wawancara langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,   jam 09:00.
[11] Wawancara langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,  jam 07:30.
[12] Wawancara langsung dengan Aprilianti Hasan siswa kelas VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 23 April 2018, jam 09:45.
[13]  Obeservasi langsung, Hari Kamis, tanggal 19 April 2018, Jam 09.00-09.
[14] Wawancara langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 09:00.
[15] Wawancara langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 07:30.
[16] Wawancara langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,  jam 07:30.
[17] Wawancara langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[18] Wawancara Langsung dengan Emilia Sabrina Siswa Kelas VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 23 April 2018, jam 09:45.
[19] Obeservasi langsung, Hari Kamis, tanggal 19 April 2018, Jam 09.00-09.
[20]  Wawancara langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 09:00.
[21]  Wawancara langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 07:30.
[22]  Wawancara langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,  jam 07:30.
[23]  Wawancara langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru Mata SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[24]  Wawancara Langsung Dengan Siti Nurhayati Siswa Kelas VIII di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 23 April 2018, jam 09:45.
[25]  Obeservasi langsung, Hari Kamis, tanggal 19 April 2018, Jam 09.00-09.
[26]  Wawancara langsung dengan Jailani, S.Si Selaku Kepala Sekolah MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 09:00.
[27]  Wawancara langsung dengan Suharjo selaku Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Senin, Tanggal 02 April 2018,  jam 07:30.
[28] Wawancara langsung dengan Mohammad Ma'ruf selaku Guru Mata Pelajaran Mtk di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa, Tanggal 03 April 2018,  jam 07:30.
[29] Wawancara langsung dengan Afifatul Qamariyah selaku Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa, Tanggal 03 April 2018,  jam 08:30.
[30]  Obeservasi langsung, Hari Kamis, tanggal 26 April 2018, Jam 09.00-09.
[31]  Wawancara langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,  jam 07:30.
[32] Wawancara langsung dengan Abdul Hayyih Selaku Guru SKI di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan, Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018, jam 09:00.
[33] Wawancara langsung dengan Taufik Hidayat selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negara di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa, Tanggal 03 April 2018,  jam 09:30.
[34] Wawancara langsung dengan Faisol Ansori selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negara di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Selasa, Tanggal 03 April 2018,  jam 10:30.
[35] Wawancara langsung dengan Musyiri Karim selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih di MTs kholid Bin Walid Bangkes Kadur Pamekasan , Hari Kamis, Tanggal 19 April 2018,  jam 07:30.
[36] Abd Wahab & Umiarsi, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan Spirituan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011). hlm. 131.
[37] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik hlm 30-40.
[38] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik,  hlm. 60.
[39] Mulyasa. Menjadi Guru Profesional.hlm. 231.
[40] Ibid. hlm. 234.
[41] Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, (Cianjur: CV. Dinamika Karya Cipta, 2000), hlm. 17.  
[42] Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, hlm. 11.
[43] Departemen Agama RI, Membiasakan Tradisi Agama, (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 2004), hlm. 107
[44] Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, hlm. 13.
[45] Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator ( Semarang: Rasail Media Group, 2008), Hlm 172-173.
 








[1] Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 67.
[2] M. Junaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Jogjakarta: AR-RUZZ, 2014), hlm. 25
[3] Moleong, Metodologi Penelitian, hlm. 157.
34 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Afabeta,2013), hlm. 224
38 M. Junaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 165.
39 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta), hlm 161-162.
36 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, hlm.50.
37 Sugiono, Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 233
40 Sugiono, Metode Penelitian, hlm. 334.
41 Moleong, Metodologi Penelitian, hlm. 244..
[11]Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kulitatif, hlm. 307
43 Saiful Arif, Pembentukan Keterampilan Mengajar(Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2010), hlm. 41.
44 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 327-330.
[14] Sugiyono, hlm. 273.
46 Hamidi, Metode Penelitian  (Malang: UMM Press, 2010), hlm. 97- 98.

[1] Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional (Instrumen Pembinaan, Peningkatan Dan Penilaian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 11.
[2] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 570.  
[3] Ibid, hlm. 11.                                                                                                                           
[4] Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen dan Motivasi Kerja, (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2016), hlm. 10.
[5] Suyadi Prawirosentono, Manajemen Produktivitas,(Jakarta: PT. Bumi Angkasa, 2009), hlm. 2.
[6] Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 513.
[7] Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional, hlm. 11-13.
[8] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 227.
[9] Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru, (Pengawas Sekolah Pendidikan menengah, 2008), hlm. 21.
[10] Kusmianto, Panduan Penilaian Kinerja Guru. (Jakarta: Pengawas, 1997), hlm. 49.  
[11] UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
[12] UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
[13] Soedijarto, Landasan dan arah pendidikan Nasional Kita, (Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2008), hlm. 45.
[14] Permendiknas No. 41 Tahun 2007
[15] Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen dan Motivasi Kerja, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2016), hlm. 11-12.
[16] Ibid, 12.
[17]Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru, hlm., 160.
[18] Robert Mathis dan John K Jackso. Human Resource Management.Salemba Empat, (Jakarta, t.t, 2009), hlm. 82.
[19] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),hlm. 227.
[20] Surya Dharma, Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori dan penerapannya, (Jakarta: Program Pascasarajan FISIP, 2004), hlm. 10.
[21]  Hani Handoko T., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: BPFE, 2008.), hlm. 135.
[22]Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru hlm., 159.
[23] Suwanto dan Donni Juni Priansa. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 196.
[24] Marihot Tua Efendi Harjandia, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 195.
[25] Anwar Prabu Mangkunegoro, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 69.
[26] Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN, 2001), hlm. 261.
[27] Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru, hlm. 221.
[28] Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru. (Jakarta: Ditjen P2TK, 2008), hlm. 22-24.
[29] Sjafri Mangkuprawira Tb, Manajemen SDM Strategik, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 224.
[30] Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),hlm. 157.




[1] Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; aRineka Cipta, 2002), hlm. 27. 
[2] Aqib, Zainal, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan, 2002), hlm. 35. 
[3] Tabrani Rusyan dkk. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, (Cianjur, CV. Dinamika Karya Cipta, 2000), hlm. 17. 
[4] Ibid, hlm. 55.

No comments:

Post a Comment