Tugas Akhir Semester
PERMASALAHAN SISWA DALAM KESULITAN
BELAJAR
Dosen
Pengampu : Halimatus Sa’diyah, M.Pd.I
] |
Di susun oleh :
MUHAMMAD MAHMUDI
18201201010159
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2014/2015
Identitas
Responden :
A.
Nama Responden :
Ach. Junaidi
No. Induk : 6822
Sekolah : SMP Al-Falah
Alamat
Sekolah : Jl. Simpang Tiga,
Branta, Tlanakan, Pamekasan
Alamat : Ds. Branta
Tinggi
B.
Nama Orang Tua :
a.
Ayah :
Sobari
b.
Ibu :
Iyut Priyanti
Alamat : Ds. Branta Tinggi
Deskripsi
Kasus
Juaidi
Adalah Siswi dari SMP
Al-Falah
Branta Tinggi. Sekarang kelas IX Dia adalah anak Pertama dari 3 saudara. Dia
tinggal bersama Orang tuanya di Branta Tinggi, Tlanakn, Pamekasan. Dan
pekerjaan Orang tuanya adalah penjual ikan. Dia tugasnya sebagai pelajar tetapi
dia juga membantu Orang tuanya untuk menambah ekonomi keluarganya dengan
Nelyan.
Dia
tidak bisa mengatur waktu antara tugasnya sebagai pelajar dan pekerjaannya
sebagai nelayan, karena dia sering izin tidak masuk sekolah dikarenakan ada
tawaran nelayan, padahal tugas utama dia
adalah sebagai pelajar. Dan dia mempunyai masalah dalam belajarnya, susah
memahami pelajaran yang diterimanya. Dia malas belajar atau mengulang kembali
pelajaran yang diterimanya di rumah dan dia belajar saat ada tugas rumah dan
mau ujian, dia mempunyai alasan susah paham dan cepat lupa pelajaran yang
dipelajarinya sebelum ujian berlangsung, sehingga dalam ujian
dia hanya mendapatkan nilai rata-rata tidak maksimal.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan
merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan
arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan
pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi dalam kegiatan
pembelajaran dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang
dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar, siswa telah dapat menguasai
sekurang-kurangnya 60% dari pelajaran
yang diterimanya dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai
kesulitan. Kesulitan belajar tersebut seperti halnya yang dialami oleh Ach.
Junaidi siswa SMP Al-Falah Branta Tinggi yang sulit dalam pemahaman
pelajaran.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dapat bersifat
psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Mengidentifikasi berbagai permasalahan
siswa dalam kesulitan belajar.
2.
Langkah mengatasi permasalahan
pembelajaran.
3.
Penyelesaian permasalah dalam kesulitan belajar
yang dihadapi Responden.
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui berbagai permasalahan
siswa dalam kesulitan belajar.
2.
Untuk mengetahui langkah mengatasi
permasalahan pembelajaran.
3.
Untuk mengetahui permasalah dalam
kesulitan belajar yang dihadapi Responden.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Teori
1.
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya :
a.
Learning Disorder
atau Kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya
yang mengalami kekacauan belajar potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang bertentangan. Sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
b.
Learning
Disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat kelamian, atau gangguan psikologis
lainnya.
c.
Under Achiever
adalah mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah.
d.
Slow Learner
atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e.
Learning
Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003)
mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang
ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
a.
Dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah
ditetapkan oleh guru (criterion reference).
b.
Tidak dapat mengerjakan atau mencapai
prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau
kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under
achiever.
c.
Tidak berhasil tingkat penguasaan materi
(mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan
tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow
learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi
pengulang (repeater).
2.
Faktor permasalahan dalam kesulitan belajar
a.
Kondisi tempat belajar.
Yang di maksud tempat belajar disini
adalah sekolah, rumah, perpustakaan ataupun tempat lainnya yang di gunakan
untuk belajar. Tempat belajar ini harus tenang, nyaman, tenteram dan terhindar
dari kegaduhan serta kebisingan yang dapat menggangu konsentrasi siswa. maka
jika suasana tenang dan tentram suasana belajar akan menjadi kondusif, transfer
ilmu berjalan lancar.
b.
Teman dalam belajar bisa guru ataupun siswa lainnya.
Teman disini adalah guru yang bisa diajak
diskusi dan teman sepenanggungan dalam belajar sehingga terdapat persepsi yang
sama tentang aktivitas yang di lakukan. kontradiksi tidak ada sehingga
kebingungan siswa terkait kegiatan tersebut dapat di hindarkan, sehingga siswa
menganggap bahwa belajar itu mudah dan yang di mengerti atau di maknai oleh dia
juga sama dengan pengertian orang lain di sekitar.
c.
Sarana prasarana belajar.
Dengan sarana yang lengkap maka tidak ada
hambatan dalam belajar dengan lengkapnya perlatan belajar maka guru akan mudah
menjelaskan dengan alat alat belajar yang mudah di mengerti oleh siswa ,
tinggal pengajar saja yang memilih mana peraga yang cocok bagi siswa yang
dididiknya. maka sara dan prasarana sangat menunjang demi berlangsungnya
prioses belajar mengajar.
d.
Motivasi dalam belajar.
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri
setiap individu siswa. jika siswa tidak memiliki motivasi belajar, terus
bagaimana dia mau belajar, dorongan saja tidak ada. maka penting bagi kita
memberi motivasi kepada anak didik kita terkait motivasi atau dorongan dalam
kita melaksanakan kegiatan belajar.
e.
Dukungan pihak lain dalam belajar.
Dukungan adalah konsumsi mental siswa.
dengan kita memberikan banyak dukungan dan perhatian kepada siswa, berarti kita
telah membantunya 50 % dalam proses belajarnya. sebab setelah itu pasti siswa
tinggal melaksanakan saja apa tugasnya selanjutnya berjalan sesuai dengan apa
yang di berikan kepada siswa
f.
Arti belajar itu sendiri.
Banyak orang salah mengartikan apa itu belajar, kalau kita
salah mengartikan maka susahlah bagi meningkatkan kemampuan belajar kita.
Kebanyakan orang mengartikan belajar adalah bagi anak anak, bagi remaja, bagi
orang muda ataupun hanya bagi orang yang bersekolah atau kuliah. padahal tidak.
belajar adalah untuk selamanya, belajar adalah sepanjang usia kita, belajar
adalah bagi semua jenjang usia maupun umur. maka kita harus menanamkan hal
tersebut bagi anak-anak kita suya mereka paham bahwa belajar adalah tidak
terbatas umur dan itu dilakukan untuk dirinya sendiri.
Dengan memahami berbagai faktor tersebut, hendaknya kita
paham tentang akar masalah dan solusinya bagi anak anak kita supaya anak didik
kita menjadi anak yang cerdas, pandai dan terhindar dari sifat kemalasan dalam
menuntut ilmu.
B. Langkah-langkah penyelesaian Masalah Kesulitan
Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan
belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk
menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson
dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan
belajar, yakni :
·
Call
them approach; melakukan wawancara dengan memanggil
semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan
siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
·
Maintain
good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh
keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal
ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada
hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra
kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
·
Developing
a desire for counseling; menciptakan suasana yang
menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya
dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari
suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya
untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
·
Melakukan analisis terhadap hasil
belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau
kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
·
Melakukan analisis sosiometris, dengan
cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian
sosial
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami
jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks
Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek :
substansial-material; structural- fungsional; behavioral; dan personality.
Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu
instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap
Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan
yang dihadapi siswa, seputar aspek : jasmani dan kesehatan; diri pribadi;
hubungan sosial; ekonomi dan keuangan; karier dan pekerjaan; pendidikan dan
pelajaran; agama, nilai dan moral; hubungan muda-mudi; keadaan dan hubungan
keluarga; dan waktu senggang.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan
faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa.
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan
belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang
mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi,
sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan faktor eksternal, seperti :
lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan
lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah
masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan
berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga.
Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu
dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten
untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber
permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih
berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian
bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih
mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas
hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas
usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk
melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan
terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi
bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan
bimbingan belajar, yaitu :
·
Berkembangnya pemahaman baru yang
diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
·
Perasaan positif sebagai dampak dari
proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
·
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih
lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan
efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
·
Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang
dihadapi.
·
Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang
dihadapi.
·
Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan
untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
·
Siswa telah menurun ketegangan emosinya
(emotion stress release).
·
Siswa telah menurun penentangan terhadap
lingkungannya
·
Siswa mulai menunjukkan kemampuannya
dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat
dan rasional.
·
Siswa telah menunjukkan kemampuan
melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya,
sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya
C. Penyelesaian Permasalahan Dalam Kesulitan Belajar Yang
Dihadapi Ach. Junaidi
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan Ach.
Junaidi mengatakan bahwa faktor yang membuatnya mengalami kesulitan belajar
adalah :
1. Kurang
menaruh minat terhadap pelajaran sekolah.
2. Banyak
melakukan aktivitas atau pekerjaan yang bertentangan dan tidak menunjang
pekerjaan sekolah, malas belajar.
3. Memiliki
kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah
4. Sering
izin tidak mengikuti pelajaran sekolah.
5. Kelemahan dalam kondisi keluarga ( status ekonomi, pendidikan
)
Permasalahan dalam kesulitan belajar yang dihadapi Ach.
Junaidi, maka dapat diberi cara penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Untuk
pemecahan masalah bagi siswa yang kurang menaruh minat tehadap pelajaran
sekolah dan malas belajar, guru harus bisa memberi inovasi pelajaran dalam
kelas, pemberian tugas dan tugas rumah yang mempunyai nilai pendidikan.
2. Untuk
pemecahan masalah bagi siswa yang memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja
yang salah, guru mengarahkan agar siswa merubah cara belajarnya dengan cara
menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan diri siswa tersebut karena
setiap siswa mempunyai perbedaan dalam belajar.
3. Untuk
pemecahan masalah bagi siswa yang sering izin, dari sekolah harus memberi
penegasan dalam aturan sekolah dan tata tertib yang ada dan mencari penyebab
sering izinnya siswa dengan menemui orang tua.
4. Untuk pemecahan masalah kelemahan dalam
kondisi keluarga dan siswa juga harus membantu orang tua untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, guru harus bisa memberikan arahan agar antara siswa tugas
utamanya adalah belajar dan dalam mengerjakan pekerjan lain harus bisa-bisa
mengatur waktu, mempunyai perencanan yang akhirnya tidak mengutamakan pekerjaan
lain tersebut.
Dan
orang tua juga mempunyai peran penting dalam penyelesaian kesulitan belajar
yang dihadapi anaknya dengan cara memberi dorongan belajar, mengawasi dan
perhatian pada anak, motivasi dalam belajar, dan member bimbingan yang baik
agar si anak bisa merubah dan bisa merubah kesulitannya dalam belajar. Namun
dalam pemecahan masalah kesulitan belajar ini akan berjalan dan berguna apabila
dari diri anak atau siswa muncul dorongan dan keinginan melakukan perubahan
untuk pencapaian pemecahan masalah ke yang baik dan mendapatkan hasil perubahan
dalam diri anak atau siswa tersebut.
No comments:
Post a Comment